Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sosok Muda Mbah Kholil Bangkalan dan Karomah Beliau

alhuda14.net - Sosok Muda Mbah Kholil Bangkalan dan Karomah Beliau – Mohammad Cholil bin Abdul Latif, dilahirkan pada tahun 1235 H atau 1820 M. Ayah beliau adalah seorang da’i yang masih memiliki pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Tinggal di desa Kramat Bangkalan, ujung Barat Pulau Madura, masa kecil Mbah Kholil diasuh oleh kakak perempuan sang ayah, Nyai Maryam istri KH. Qoffal. KH. Qoffal mendidik beliau dengan telaten layaknya anak sendiri.

Mbah Kholil sudah menunjukan bakat yang istimewa sejak masih kecil. Terutama dalam ilmu Fiqih dan Nahwu. Bahkan beliau juga dapat menghafalkan Nazham Alfiyah Ibnu Malik atau seribu bait ilmu Nahwu dengan mudahnya saat muda. Oleh karena itu, Mbah Kholil sejak kecil sudah dikirim ke berbagai pesantren untuk belajar ilmu agama lebih dalam. simak juga tentang wafat Mbah Kholil

muda Mbah Kholil
muda Mbah Kholil

Masa Nyantri Muda Mbah Kholil di Tanah Jawa

Memulai langkahnya pada tahun 1835-an, beliau memulai belajarnya dengan para kyai di daerah Jawa Timur. Dengan restu dari sang ayah, muda Mbah Kholil melakukan perjalanannya dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren lainnya. Beliau tidak pernah lupa membaca Surah Yasin dalam perjalanan yang dilakukan.

Muda Mbah Kholil ke Pesantren Langitan Tuban

Saat berusia 15 tahun, Mbah Kholil belajar di Pesantren Langitan Tuban yang diasuh oleh KH. Muhammad Noer. Saat itu, di usia beliau yang masih muda, karomah Mbah Kholil sudah terlihat. Beliau mampu membaca pikiran dari sang imam sholat saat melakukan sholat berjamaah. Menurut Mbah Kholil, sang imam sedang tidak khusyuk dalam sholat disebabkan lapar. Hal tersebut beliau ungkapkan jika sang imam membawa tumpeng di atas kepala.

Pesantren Cangaan di Bangil, Jawa Timur

Muda Mbah Kholil setelah 3 tahun di Pesantren Langitan, kemudian melanjutkan perjalananya ke pesantren Cangaan Bangil. Pesantren ini di bawah asuhan KH. Asyik. Keistimewaan beliau kembali terlihat saat belajar di sini. Ketika KH. Ayik meminta gula khas Madura di kamar beliau, dan para santri lain kemudian mengambilnya untuk memindahkannya ke dapur. Namun, setelah semua santri merasa lelah dan dapur sudah penuh, ternyata gula milik Mbah Kholil masih utuh.

Pesantren Kebun Candi Sidogiri

Melanjutkan perjalan dari Pesantren Cangaan, Mbah Kholil menuju ke Pesantren Kebun Candi. Pesantren ini diasuh oleh KH. Arif. Selama menyantri, KH. Arif memerintahkan Mbah Kholil untuk mengaji ke Pesantren Sidogiri. Selama perjalanan menuju Sidogiri, beliau istiqomah untuk selalu membaca Surah Yasin. Jumlah yang beliau baca adalah 41 kali, 20 kali saat perjalanan berangkat, 20 kali saat perjalanan pulang. Serta 1 kalinya saat tiba di Pesantren Kebun Candi.

Pesantren Salafiyah Syafi’iyah di Banyuwangi

Muda Mbah Kholil terus melanjutkan perjalanannya nyantrinya ke Pesantren Salafiyah Syafi’iyah. Pesantren ini berada di Banyuwangi di bawah asuhan KH. Abdul Bashir. Selama di pesantren ini, beliau belajar berkhidmah kepaa sang kyai. KH. Abdul Bashir meminta beliau untuk memanen kelapa di kebun. Imbalannya adalah 3 sen untuk memenen 80 pohon kelapa.

Uang yang beliau dapatkan pun tidak pernah beliau gunakan. Hingga sudah terkumpul banyak selama nyantri di situ, beliau pun mengembalikan kembali uang tersebut kepada sang kyai. Namun, sang kyai menolaknya. KH. Abdul Bashir justru meminta Mbah Kholil untuk melanjutkan nyantrinya ke Mekkah dengan bekal uang tersebut.

Nyantri di Tanah Mekkah

Mohammad Cholil kemudian menginjakkan kakinya pertama kali di Tanah Mekkah pada tahun 1860. Selama perjalanannya menuju Mekkah, Mbah Kholil berpuasa untuk diberikan kemudahan perjalanan. Muda Mbah Kholil kemudian berguru dengan Syekh Nawawi Al Bantany, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan dan lainnya. Selama kurang lebih 4 tahun di Mekkah, beliau berjuang sendiri untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari.

Selama di Mekkah, kebiasaan beliau adalah makan kulit buah semangka. Kebiasaan beliau ini kemungkinan besar dipengaruhi dari ajaran ngrowot (vegetarian). Ajaran ini beliau dapatkan dari Al Ghazali, salah seorang ulama yang beliau kagumi hingga menjadi panutannya. Hingga hampir setiap hari beliau selalu makan kulit semangka.

Selama berada di Mekkah, muda Mbah Kholil memenuhi kebutuhannya dengan bekerja sebagai penyalin kitab-kitab yang diperlukan para pelajar. Hingga beliau dan Syeikh Nawawi Al Bantany serta Syeikh Shaleh As-Samarani menyusun kaidah penulisan Huruf Pegon. Huruf ini merupakan tulisan arab yang digunakan untuk tulisan dalam bahasa Sunda, Jawa dan Madura.

Kembali ke Tanah Air

Kepualangannya dari Tanah Mekkah, beliau kemudian dikenal sebagai seorang ahli Fiqh dan Tarekat. Selain itu juga dikenal sebagai Al-Hafidz, yang mampu menghafalkan Al-Qur’an 30 Juz. Mbah Kholil akhirnya mendirikan pesantren di daerah Cengkubuan dekat dengan tempat kelahirannya.

Pesantren beliau tumbuh pesat dengan banyaknya santri yang terus berdatangan. Hingga muda Mbah Kholil, mendirikan pesantren lagi di daerah Kademangan. Mbah Kholil juga mendapatkan banyak santri lagi di tempat baru ini. Santri beliau tidak hanya dari daerah sekitar saja, namun jugga datan dari seberang Pulau Jawa.

Karomah Mbah Kholil

Sosok ulama besar ini mempunyai karomah yang memang sudah terlihat dari masa mudanya. Karomah merupakan kemuliaan atau keistimewaan. Beberapa keistimewaan beliau ini sudah banyak diketahui oleh banyak orang. Sehingga menambah keteladanan beliau untuk diikuti para santri dan pengikutnya. Beberapa diantaranya adalah:

Membelah Diri

Kemampuan beliau membelah diri ini disaksikan oleh para santrinya. Saat memberikan ceramah, muda Mbah Kholil tiba-tiba dalam keadaan basah kuyup. Semua santrinya penasaran, namun beliau tidak menceritakan apapun yang terjadi. Hinga sebulan kemudian, ada seorang nelayan yang datang mengucapkan terima kasih. Nelayan tersebut sudah ditolong oleh Mbah Kholil membetulkan perahunya yang rusak.

Kedatangan nelayan tersebut akhirnya menjawab penasaran para santri. Jika saat memberikan ceramah, Mbah Kholil mendapatkan pesan untuk segera ke laut. Karomah yang dimiliki beliau, dapat dengan cepat membantu nelayan, sedangkan sosok utamnya tetap memberikan ceramah kepada para santri beliau.

Menyembuhkan Orang Lumpuh

Kisah ini diceritakan dalam buku yang berjudul “Tindak Lampah Romo Yai Syeikh Ahmad Jauhari Umar”. Dalam kisahnya menerangkan jika muda Mbah Kholil mempunyai karomah luar biasa, yang salah satunya dapat menyembuhkan orang yang lumpuh. Orang tersebut adalah keturunan Cina yang tinggal di Jakarta dan sudah lama sakit lumpuh.

Cara yang beliau lakukan cukup membuat orang ini kaget. Ketika tiba di tempat beliau tinggal, keluarlah Mbah Kholil dengan membawa pedang dan berkata, mana orang itu? Biar saya bacok saja sekalian. Orang yang lumpuh tersebut kemudian ketakutan dan lari kabur, tanpa sadar jika dia sakit. Akhirnya, tanpa disadari, orang tersebut pun sembuh dan dapat berjalan kembali.

Ditangkap dan Dibebaskan Kembali Oleh Belanda

Muda Mbah Kholil pernah ditahan oleh penjajah Belanda. Beliau dituduh telah melindungi beberapa orang yang terlibat perlawanan dengan colonial. Namun, ditangkapnya Mbah Kholil justru membuat pihak Belanda kewalahan. Beberapa hal tidak masuk akal pun terjadi. Seperti pintu penjara yang tidak dapat dibuka, sehingga para penjaga harus berjaga penuh agar tahanan tidak lari.

Selama dalam tahanan tersebut, Mbah Kholi terus dijenguk oleh ribuan orang untuk memberikan makanan. Bahkan, banyak yang akhirnya meminta untuk ikut ditahan bersama beliau. Hal tersebut akhirnya membuat pihak Belanda merelakan Mbah Kholil untuk dibebaskan. Tanpa disadari, karomah beliau membuat lawan tidak berdaya. simak juga tentang Karomah Mbah Kholil

Pada 24 April 1925 M, Mbah Kholil wafat. Beliau dimakamkan di desa Martajasah Bangkalan Madura, dekat dengan pondok pesantren yang beliau dirikan. Banyak lagi kisah karomah muda Mbah Kholil yang tersebar di masyarakat. Semuanya menjadi teladan bagi umat Islam untuk menambah ketawakalan kepada Allah SWT.

Posting Komentar untuk "Sosok Muda Mbah Kholil Bangkalan dan Karomah Beliau"