Kisah Syekh Nawawi Al-Bantani, Ulama Terkenal Hingga Luar Negeri Dari Indonesia
alhuda14.net - Kisah Syekh Nawawi Al-Bantani, Ulama Terkenal Hingga Luar Negeri Dari Indonesia – Kisah ini menjadi paling masyhur bahkan bisa memotivasi umat Islam sampai sekarang. Syekh Nawawi merupakah salah satu ulama dari Nusantara yang berjiwa besar dalam sepanjang sejarah Islam. Banyak sekali karya beliau yang menjadi rujukan ilmu pengetahuan dan penyebarannya dari pesantren di Indonesia bahkan hingga mancanegara.
Syekh Nawawi Al-Bantani lahir tahun 1230 H tepatnya di Desa
Tanara, Kota Serang, Provinsi Banten. Beliau merupakan putra dari seorang kyai
bernama KH. Umar bin Arabi dan ibunya bernama Zubaydah. Didikan mereka untuk
menjadikan Syekh Nawawi menjadi seorang ulama dan membawa Islam pada masa
emasnya.
![]() |
kisah Syekh Nawawi Al-Bantani |
Perjalanan Kisah Syekh Nawawi Al-Bantani Dalam Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim baik bagi
laki-laki maupun perempuan. Semangat menuntut ilmu agama menjadi prioritas
terbesar bagi seorang Syekh Nawawi untuk menjadikan dirinya sebagai manusia
yang bermanfaat untuk umat. Berikut uraian kisah Syekh Nawawi Al-Bantani dalam perjalanan beliau menimba
ilmu.
Kisah Syekh Nawawi Al-Bantani Menimba Ilmu Di Indonesia
Pendidikan agama yang ditanamkan oleh keluarga Syekh Nawawi
telah menjadi penyokong terbesar bagi pendidikan tinggi Syekh Nawawi. Sewaktu
kecil, Nawawi memang berbeda pada anak kecil umumnya yang masih suka untuk
bermain. Namun, Syekh Nawawi sangat suka sekali untuk belajar menghafal Al-Qur’an. Syekh Nawawi beserta
saudaranya, yaitu Tamin dan Ahmad diajarkan pengetahuan agama dasar oleh
ayahnya.
Beberapa ilmu yang diajarkan, yaitu pengetahuan bahasa arab meliputi Nahwu dan Sharaf, Ilmu Tauhid, Fiqh, dan Tafsir. Pengetahuan dasar yang diajarkan oleh ayah mereka memberikan dorongan bagi Syekh Nawawi dan saudaranya untuk menimba ilmu lebih dalam. Mereka mulai menuntut ilmu ke berbagai pesantren di Pulau Jawa. Disinilah kisah Syekh Nawawi Al-Bantani mulai mendapatkan pengajaran ilmunya.
Tiga bersaudara ini memperoleh pendidikan di daerah Jawa
Barat. Pada awalnya, mereka mendapatkan pendidikan dari seorang Ulama terkenal
di Banten saat itu, yang bernama Kyai Sahal. Tanpa kenal lelah dalam menuntut
ilmu, mereka pergi ke Purwakarta untuk mendapatkan pendidikan kembali kepada
seorang Kyai bernama Yusuf.
Perjalanan Imam Nawawi Menuntut Ilmu ke Luar Negeri dan Menjadi Ulama
Kisah Syekh Imam Nawawi Al-Bantani muda yang penuh dengan ambisi dalam
menjadikan ilmu sebagai tujuan utamanya dimulai. Beliau pergi ke Mekkah bersama
dua saudaranya ketika berumur 15 tahun untuk menunaikan ibadah haji. Ketika
haji mereka usai, Nawawi tidak melanjutkan kepergiannya untuk kembali ke Tanah
Air. Beliau memutuskan untuk menetap di Mekkah untuk menimba ilmu lebih luas
lagi melalui ulama-ulama besar.
Di antara naungan kiblat umat sedunia itu, Nawawi mulai
belajar kepada Imam Masjid Al-Haram, salah satunya Syekh Ahmad Khatib Sambas.
Guru-guru besar lain yang dijadikan sumber pendidikan, yaitu Syekh Abdul Hamid
Daghestani, Ahmad Zaini Dahlan, dan Muhammad Khatib Hambali.
Perjalanan Kisah
Syekh Nawawi Al-Bantani dalam menuntut ilmu di Mekkah terhitung selama tiga
tahun lamanya. Setelah beliau mendapatkan bekal ilmu yang cukup, beliau pun
kembali ke Indonesia. Syekh Nawawi saat itu mulai mengajar di sebuah pesantren
peninggalan ayahnya dengan usia yang cukup muda sekitar 21 tahun. Beliau pun
mendirikan sebuah masjid di Tanara, Banten. Namun, tak lama ia pun segera
kembali ke Tanah Suci.
Ada beberapa alasan yang membuat Syekh Nawawi kembali ke
Tanah Suci. Suasana tanah kelahirannya saat itu tidak memungkinkan untuk
melakukan pengembangan ilmunya. Pada saat itu, hampir semua ulama Islam
mendapatkan tekanan dari penjajah Belanda. Ditambah lagi, keadaan politik
negara Indonesia yang tidak stabil. Beliau pun kembali ke Mekkah untuk yang
kedua kalinya.
Daya intelektual yang tinggi pada diri Syekh Nawawi
memberikan dampak besar bagi dirinya. Beliau dipercaya oleh gurunya yang
bernama Syekh Ahmad Khatib Sambas untuk menggantikannya sebagai Imam Masjidil
Haram. Semenjak itulah nama beliau dikenal sebagai Syekh Nawawi al-Jawi.
Kehadiran murid-murid dari berbagai penjuru dunia menjadi nilai berharga bagi Kisah Syekh Nawawi Al-Bantani.
Syekh Nawawi mulai memberikan pengajaran berupa halaqah
(diskusi ilmiah) kepada para muridnya di Masjidil Haram. Seorang orientalis
bernama Snouck Hourge pernah mengunjungi Mekkah tepatnya saat Nawawi sedang
menjalankan rutinitasnya. Setiap harinya, Syekh Nawawi mengajar sejak pukul
07.30 sampai dengan 12.00 terhitung terdapat tiga perkuliahan sesuai dengan
jumlah muridnya.
Dalam riwayat Kisah
Syekh Nawawi Al-Bantani, murid Syekh Nawawi terbilang cukup banyak yang
berasal dari Indonesia, yaitu dari Banten, Kudus, dan Jombang. Maka, beliau
mampu menerjemahkan kitab berbahasa Arab dengan menggunakan bahasa Sunda dan
Jawa. Di antara murid beliau yaitu, KH Hasyim Asyari, KH Tubagus Bakri, KH
Kholil Bangkalan, KH Asnawi dan KH Arsyad Thawil. Selain mengajar, beliau pun
aktif dalam menulis buku.
Banyak hasil didikan beliau yang menjadi ulama besar di
Indonesia. Salah satunya KH Hasyim Asyari, menjadi ulama sekaligus pendiri
organisasi NU (Nahdatul Ulama). Terdapat pula murid beliau yang berasal dari
Malaysia, yaitu Kyai Haji Dawud. Tercatat bahwa setiap tahun tak kurang
muridnya berjumlah dari 200 orang. Aktivitas beliau lainnya sering mengisi
seminar di beberapa Universitas, seperti Al-Azhar, Mesir.
Karya Imam Nawawi yang Terkenal Hingga Kini
Berperan aktif dalam bidang kepenulisan, menjadi salah satu
kemampuan yang harus diabadikan menurut Syekh Nawawi. Beliau mencetuskan
perubahan citra pesantren yang awalnya hanya berisi tradisi ceramah saja
menjadi kaya dengan pengetahuan dengan adanya karya ilmiah. Karya penulisan
yang tercatat dalam Kisah Syekh Nawawi
Al-Bantani mampu tersebar tak hanya dalam negaranya, tetapi hampir seluruh
dunia Arab.
Tercatat dalam sejarah, beliau penulis yang mampu melahirkan
kitab mengenai persoalan agama. Dalam Dictionary
of Arabic Printed Books, terdapat 34 karya yang tertulis di dalamnya. Ada
pula sebanyak 115 kitab yang berisikan mengenai bidang ilmu tauhid, fiqh,
tafsir, tasawuf dan hadis. Kitab-kitab yang ditulis oleh beliau secara umumnya
lebih sederhana dan ringan untuk dipahami berbagai kalangan.
Diantara hasil karangan dari karya beliau, yaitu dalam
bidang Tafsir bernama Tafsir al-Munir lil
Ma’alim al-Tanzil. Adapun dalam bidang Akhlak dan Tasawuf, yaitu Misbah Al-Zalam, Salalim al-Fudala, dan Bidayah al-Hidayah. Karya penulisan
yang sudah sempurna punya beliau berjudul “Riyadh
al-Shalihin.” Kisah Syekh Nawawi Al-Bantani dalam karyanya menjadi suatu
“emas” bagi pendidikan.
Karya-karya Syekh Nawawi awal cetak dan terbit di Timur
Tengah. Beliau mulai mengaplikasikannya di Indonesia dan berhasil dipahami oleh
berbagai kalangan karena bahasa arab disajikan dengan sederhana. Karya beliau
dikaji bukan hanya di Indonesia, namun hingga ke seluruh wilayah Asia Tenggara.
Syekh Nawawi mampu menguasai lebih dalam meletakkan
kedisiplinan Islam dan keluasan bahasa. Hal ini membuat karyanya menjadi
disukai kalangan pelajar di daerah Jawa dan menjadi rujukan hingga saat ini.
Disinilah Kisah Syekh Nawawi Al-Bantani
menjadi masyhur dalam sejarahnya.
Demikianlah uraian Kisah Syekh Nawawi Al-Bantani yang sangat menarik dan memberi motivasi bagi kita. Bagi seorang pelajar, menuntut ilmu dan meneladani perilaku Syekh Nawawi bisa menjadi hal pendorong untuk lebih baik. Syekh Nawawi meninggalkan ratusan karya yang berharga dan wafat pada tahun 1314 H di usia 84 tahun.
Posting Komentar untuk "Kisah Syekh Nawawi Al-Bantani, Ulama Terkenal Hingga Luar Negeri Dari Indonesia"