Kisah Hidup Hingga Wafat Mbah Kholil Dari Bangkalan
alhuda14.net - Kisah Hidup Hingga Wafat Mbah Kholil Dari Bangkalan – Mbah Kholil dikenal dengan gelar Syaikhona Kholil. Beliau adalah Seorang ulama dengan ilmu tinggi dan kharismatik yang memiliki cukup banyak pengikut. Mbah Kholil berasal dari Bangkalan, Madura. Beliau juga dikenal memiliki keistimewaan atau karomah yang dikenal masyarakat luas terutama di Madura. Cerita ini tetap berkembang hingga kini setelah lewat berpuluh tahun beliau wafat.
![]() |
wafat Mbah Kholil |
Masa Muda Mbah Kholil Diisi Dengan Mempelajari Agama Islam
Syaikhona
Kholil atau biasa disebut Mbah Kholil, masih memiliki hubungan kekerabatan
dengan Sunan Gunung Jati. Sejak kecil beliau memiliki sifat senang belajar dan
gemar menggali ilmu. Dua di antara ilmu yang banyak beliau pelajari adalah nahwu dan fiqih. Sejak usia belia, Mbah
Kholil sudah menimba ilmu di berbagai pesantren. Di antaranya adalah Pesantren
langitan di Tuban, Jawa Timur, dan Pesantren Cangaan di Bangil, Pasuruan.
Kecintaannya
dalam menuntut ilmu membuat Mbah Kholil telah mampu menghafal seribu bait ilmu nahwu sejak usia belia. Selain rajin
menuntut imu, masa mudanya juga diisi dengan bekerja. Diketahui, beliau pernah
bekerja sebagai buruh batik di Keboncandi. Beliau juga pernah menyambi jadi
buruh petik kelapa saat menjadi santri di salah satu pesantren di Banyuwangi.
Semangatnya ini tetap terjaga hingga wafat
Mbah Kholil pada tahun 1925.
Masa Hidup Sebelum Wafat Mbah Kholil Menunjukkan Karomah Yang Dimiliki
Selain
dikenal sebagai ulama dengan banyak ilmu agama Islam, beliau juga dikenal
memiliki karomah yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan. Karomah adalah
keistimewaan atau hal luar biasa yang terjadi pada seseorang bergelar wali.
Kisah mengenai karomah milik oleh ulama kharismatik, umumnya berkaitan dengan
pertolongan kepada orang lain. Berikut beberapa di antaranya.
Menolong Orang Dan Memintanya Merahasiakan Hingga Wafat Mbah Kholil
Suatu
saat, ada seorang suami yang diminta istrinya untuk membeli anggur sebelum
kapal yang mereka tumpangi berangkat. Malangnya, saat kembali dari membeli
anggur, kapalnya sudah berangkat dan sang suami tertinggal. Seseorang
menyarankan suami itu meminta bantuan pada Mbah Kholil. Ulama besar ini
menyetujuinya dengan syarat agar si suami tersebut tidak menceritakan hal ini kepada
orang lain hingga wafat Mbah Kholil
nantinya.
Suami
tersebut menyanggupinya. Akhirnya, suami tersebut secara tiba-tiba berada dalam
kapal yang sudah berlayar itu. Dia pun menemui istrinya untuk memberikan anggur
yang diminta. Suami tersebut memegang janjinya untuk tidak menceritakan apa
yang dialaminya kepada istrinya atau siapa pun. Dia memegang janjinya untuk
menyimpan rahasia ini hingga Mbah Kholil wafat.
Menyelamatkan Nelayan
Hingga
puluhan tahun setelah wafat Mbah Kholil,
orang masih mengenang karomah beliau. Salah satunya adalah ketika beliau
menolong nelayan yang kapalnya pecah saat sedang berlayar. Bukan sekadar
menyelamatkan seorang nelayan yang sedang terkena musibah, tetapi ada
keistimewaan yang sulit dinalar orang awam pada kisah ini. Hal ini disebabkan
peristiwa penyelamatan ini terjadi saat sedang mengajar di hadapan para santri.
Dikisahkan,
saat itu semua santrinya sedang serius menyimak sang Kiai yang sedang
mengajarkan ilmu. Secara tiba-tiba, baju dan sarung yang dikenakan oleh beliau basah
kuyup. Seluruh santri di hadapan beliau merasa heran. Namun, beliau hanya diam dan
pergi mengganti bajunya. Misteri ini terkuak sebulan kemudian. Nelayan yang
ditolong, datang untuk berterima kasih. Jadi saat mengajar, Mbah Kholil juga
berada di tempat lain secara bersamaan.
Menyembuhkan Orang Lumpuh Tanpa Disadari
Ada
juga cerita karomah yang masih dikenang hingga kini setelah wafat Mbah Kholil, yaitu menyembuhkan
orang lumpuh. Kejadian ini cukup unik karena beliau menyembuhkan tanpa disadari
oleh orang yang lumpuh tersebut. Saat datang untuk meminta bantuan agar
disembuhkan, orang yang lumpuh tersebut malah mendapati Kiai tersebut seolah
marah, hingga mengancam akan membacoknya.
Orang
yang lumpuh itu pun lari tunggang langgang ketakutan. Beberapa saat kemudian,
dia berhenti berlari dan menyadari bahwa kakinya tak lagi lumpuh. Tanpa ia
sadari, sikap Syaikhona Kholil yang seolah marah itu akhirnya justru membawa
berkah baginya. Akhirnya, kakinya yang lumpuh pun dapat digunakan kembali,
bahkan untuk berlari. Sungguh luar biasa kejadian tersebut.
Ditangkap, Kemudian Dilepaskan Lagi Oleh Belanda
Satu
lagi kisah karomah yang banyak diceritakan bahkan setelah wafat Mbah Kholil. Beliau juga turut mendukung perjuangan
kemerdekaan Indonesia melalui caranya sendiri yaitu mengajar dan memupuk
semangat juang muridnya. Selain itu, Mbah Kholil juga mengizinkan pesantrennya
dijadikan tempat persembunyian para pejuang. Ketika itu, pihak penjajah
berhasil mengetahuinya. Akhirnya, Mbah Kholil pun ditangkap dan akan dijebloskan
ke dalam penjara.
Anehnya,
saat itu banyak kejadian yang sulit dinalar. Salah satunya adalah ruangan
tempat beliau ditahan, tidak dapat dikunci. Petugas sudah mencoba berulang,
tetapi gagal. Akhirnya, pintu dibiarkan tidak dikunci dan penjagaan pun diperketat.
Kemudian banyak murid beliau yang datang ke tempat Kiai ini ditahan. Mereka
semua minta agar turut ditahan. Akhirnya, pihak penjajah merasa kewalahan dan
membebaskannya.
Murid-Murid Mbah Kholil
Sebagai
seorang yang memiliki ilmu dalam agama Islam, Mbah Kholil meneruskan ilmunya
dengan mengajarkan ke banyak murid di pesantren. Hingga wafat Mbah Kholil, telah mencetak murid yang juga memiliki peran
dalam perkembangan Islam di Indonesia. Empat di antara murid Mbah Kholil adalah
KH. Muhammad Ihsan, KH. Romli, KH. Hasyim Asy’ari, dan KH. Muhammad Darwis
(keudian berganti nama menjadi Ahmad Dahlan).
Setelah
berguru pada Mbah Kholil, Hasyim Asy’ari dan Ahmad Dahlan disuruh menimba ilmu
kepada Kiai Soleh Darat di Semarang. Kemudian keduanya diperintahkan oleh Kiai
Soleh Darat untuk belajar ke Makkah. Keduanya berguru dalam kurun beberapa
waktu untuk menambah keilmuannya tentang agama Islamn. Sepulangnya dari Makkah,
Hasyim Asy’ari mendirikan pesantren Tebu Ireng di Jombang.
Kiai
Hasyim Asy’ari merupakan perdiri Nahdlatul Ulama (NU) bersama beberapa
kiai lainnya. Salah satu hal yang
membuat Kiai Hasyim Asy’ari mantap mendirikan organisasi Islam besar Indonesia
ini adalah Mbah Kholil. Diceritakan bahwa setelah diberi tongkat oleh Mbah
Kholil, Kiai Hasyim Asy’ari menjadi semakin yakin untuk mendirikan organisasi
Islam tersebut. Setahun setelah wafat
Mbah Kholil, Kiai Hasyim asy’ari mendirikan NU.
Mbah
kholil meninggal di martajasah, Bangkalan pada tahun 1925. Hingga kini beliau
masih dihormati oleh orang-orang di Madura, khususnya. Makam beliau dikunjungi
dikunjungi oleh banyak peziarah di setiap waktu. Umumnya peziarah akan
membludak di hari-hari keagamaan, seperti hari Lebaran. Biasanya setelah
melakukan wisata religi berziarah ke makam beliau, para peziarah akan melepas
lelah sekaligus mencicipi kuliner khas Madura di dekat masjid.
Peziarah yang datang ke makam Mbah Kholil berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Tak sedikit peziarah yang datang bersama keluarga sekaligus membawa buah hati. Mereka bertujuan mengenalkan anak-anak pada sosok ulama kharismatik yang dihormati banyak orang. Itulah tadi kisah hidup hingga wafat Mbah Kholil. Keteladanan dalam kegigihannya mencari ilmu patut dicontoh.
Posting Komentar untuk "Kisah Hidup Hingga Wafat Mbah Kholil Dari Bangkalan"