Biografi KH. Ahmad Dahlan, Sang Pencerah dan Pendiri Muhammadiyah
alhuda14.net - Biografi KH. Ahmad Dahlan telah banyak dibahas bahkan dituliskan dalam sejumlah buku. Perannya yang begitu besar bagi Indonesia menjadi alasan hal tersebut. Perjuangannya terhadap Islam turut menjadikan namanya semakin tersohor. Apalagi, ia merupakan pendiri organisasi yang kelak berkembang menjadi salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Tidak hanya itu, tokoh perjuangan ini bahkan menjadi salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Tentu tidak sembarang orang yang bisa mendapat gelar tersebut karena merupakan gelar penghargaan tingkat tertinggi yang ada di Indonesia. Dengan semua hal tersebut, maka siapa yang tidak akan tertarik untuk mengetahui biografi KH. Ahmad Dahlan bukan?
Kelahiran dan Masa Kecilnya
Dalam biografi KH. Ahmad Dahlan tercatat bahwa tokoh nasional yang satu ini merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Ia lahir di kota istimewa Yogyakarta pada 1 Agustus 1868. Siapa sangka, pemilik nama kecil Muhammad Darwisy ini masih merupakan keturunan dari salah satu walisongo, yaitu Maulana Malik Ibrahim.
Ayah KH. Ahmad Dahlan bernama KH. Abu Bakar, ia merupakan imam khatib yang sangat terkemuka di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta. Sementara ibunya adalah Nyai Abu Bakar, puteri dari H.Ibrahim yang pada waktu itu merupakan penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pendidikan
Tumbuh di lingkungan pesantren yang akrab dengan ajaran Islam mendorongnya untuk mempelajari lebih dalam ilmu pengetahuan Islam. Bahkan, pada usia 15 tahun ia pergi menunaikan ibadah haji dan akhirnya tinggal di Makkah selama 5 tahun. Pada waktu itulah keinginan belajarnya semakin bergelora, bahkan KH. Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran para pembaharu Islam. Misalnya saja Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Jamaluddin al-Afghani, hingga Ibnu Taimiyah.
Menyempatkan diri untuk pulang kampung pada 1888 dan di tahun itu pula ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pendidikan KH. Ahmad Dahlan berlanjut pada 1903, yaitu ketika ia pergi ke Makkah dan kembali menetap disana selama 2 tahun. Pada waktu itu, ia belajar pada Syekh Ahmad Khatib yang juga guru dari KH. Hasyim Asy’ari, sang pendiri Nahdlatul Ulama. Beberapa kali, ia pun juga pernah belajar ilmu hadis, ilmu falak, dan fiqih pada sejumlah kyai.
Pernikahan
Tercatat dalam biografi KH. Ahmad Dahlan bahwa dirinya pernah menikah sebanyak lima kali. Istri pertamanya masih merupakan sepupunya sendiri, yaitu Siti Walidah yang lebih dikenal dengan nama Nyai Ahmad Dahlan. Pernikahan ini berlangsung tepat setelah dirinya pulang dari kota Makkah. Dari pernikahan pertama ini, Ahmad Dahlan dikaruniai enam orang anak.
Adapun istri keduanya, yaitu Nyai Abdullah yang merupakan janda dari H. Abdullah. Kemudian, pada pernikahan ketiga, ia menikahi adik Kyai Munawwir Krapyak, Nyai Rum. Setelah itu, KH. Ahmad Dahlan menikahi Nyai Aisyah. Pada pernikahan keempat ini, ia memperoleh seorang putera. Adapun istri Ahmad Dahlan yang terakhir bernama Nyai Yasin.
Perjuangannya
Setelah memperdalam agama selama beberapa tahun, tepat pada 1909 KH. Ahmad Dahlan bergabung dalam organisasi Boedi Oetomo. Melalui organisasi tersebut, ia memberi pelajaran-pelajaran agama. Berkat manfaat dari ilmu yang diberikan akhirnya para anggota Boedi Oetomo menyarankan agar ia mendirikan sekolah sendiri.
Akhirnya, sebagai langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut, maka pada biografi KH. Ahmad Dahlan dijelaskan bahwa ia benar-benar mendirikan sebuah organisasi. Tepat pada 18 November 1912 organisasi yang diberi nama Muhammadiyah itu resmi terbentuk. Melalui organisasi yang bergerak dalam bidang kemasyarakatan dan pendidikan ini, Ahmad Dahlan berharap bisa memajukan pendidikan dan membangun masyarakat Islam.
Perjuangannya dalam dunia pendidikan tidak sampai disitu saja, ia juga mendirikan sekolah-sekolah agama. Misalnya saja Sekolah Muhammadiyah seperti H.I.S. met de Qur’an. Menariknya, pelajaran yang diajarkan tidak semata pengetahuan agama saja melainkan juga pengetahuan umum bahkan termasuk pula bahasa Belanda.
Sekolah yang telah dibangun tersebut terus mengalami perkembangan. Namun, hal itu tidak membuatnya berhenti berjuang. Diterangkan dalam biografi KH. Ahmad Dahlan bahwa selain sekolah, ia juga mendirikan masjid, rumah sakit, poliklinik, hingga rumah yatim piatu. Meski telah memiliki sejumlah kesibukan, tetapi itu sama sekali tidak membuat aktivitas dakwahnya menjadi terhambat.
Terbukti bahwa ia tidak pernah meninggalkan dakwah bahkan ia justru semakin giat dalam berdakwah dengan ajaran pembaruannya. Salah satu hal yang ia ajarkan, yaitu bahwa semua ibadah haram kecuali ada petunjuk dari Rasulullah Saw tentang kebolehannya. KH. Ahmad Dahlan pun juga menetapkan larangan ziarah kubur hingga penyembahan dan perlakuan yang berlebihan terhadap pusaka-pusaka keraton.
Sebagai tokoh yang sangat memahami ajaran Islam, maka KH.Ahmad Dahlan turut melakukan upaya-upaya untuk memurnikan agama Islam. Hal itu untuk memastikan bahwa ajaran Islam benar-benar terhindar dari percampuran dengan ajaran agama Hindu, Budha, animisme, dinamisme, ataupun kejawen.
Pada 19 Mei 1917, dipaparkan dalam biografi KH. Ahmad Dahlan bahwa ia membentuk organisasi khusus wanita yang masih merupakan bagian Muhammadiyah. Organisasi bernama Aisyiyah ini bertujuan untuk mengembangkan dakwah amar ma’ruf nahi munkar secara lebih berkualitas menuju masyarakat madani.
Sejarah perjuangan KH. Ahmad Dahlan masih terus berlanjut. Pada tahun 1918, ia juga mendirikan organisasi khusus untuk anak muda yang dinamakan Hizbul Wathan atau H.W. Organisasi yang sekarang lebih dikenal dengan nama Pramuka ini memberikan pelajaran kepada pemuda tentang baris berbaris. Sama seperti saat ini, dulu Hizbul Wathan juga memiliki pakaian seragam, seperti celana pendek, dasi, dan topi.
Selain sebagai tempat pendidikan bagi para pemuda, organisasi ini juga dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Islam tidak ketinggalan zaman. Meski akhirnya semua yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan mendapat respon aneh dan dianggap menyimpan karena memang belum pernah ada sebelumnya. Oleh karena itu, ia sering mendapat perlakuan tidak baik, pernah dituduh sebagai tokoh agama palsu, bahkan pernah diancam akan dibunuh.
Namun, diceritakan dalam biografi KH. Ahmad Dahlan bahwa ia tidak pernah menyerah, mundur, apalagi berhenti. Hal itu justru menambah semangatnya untuk berjuang lebih keras. Pada akhirnya, berkat kesabaran, masyarakat pun perlahan mulai memahami dan menerima pembaruan ajaran agama yang disampaikannya.
KH. Ahmad Dahlan terus menjelaskan bahwa segala usaha yang dilakukan adalah agar Islam mengalami kemajuan. Akhirnya, berkat tekad yang kuat organisasi Muhammadiyah yang didirikannya bisa menjadi salah satu organisasi Islam dengan massa terbanyak. Menariknya, kesuksesan dakwahnya tersebut bukan diperoleh dengan metode pesantren atau pelajaran kitab melainkan dari organisasi.
Perjuangan panjang berhasil ia lalui, KH.Ahmad Dahlan pun dikagumi oleh banyak orang. Bahkan, dijelaskan dalam biografi KH. Ahmad Dahlan bahwa ide-ide pembaruan yang diajarkan menjadi saham yang sangat besar bagi Kebangkitan Nasional. Hal itu berlangsung pada awal abad 20 dan itulah yang membuat namanya semakin terkenal.
Wafat
Tokoh yang sangat berjasa bagi Indonesia ini wafat di Yogyakarta pada 23 Februari 1923 tepat pada usia 54 tahun. Dimakamkan di Kampung Karangkajen, Yogyakarta. Kisah perjalanan hidupnya yang sangat menarik terutama ketika mendirikan Muhammadiyah akhirnya diabadikan dalam sebuah film layar lebar berjudul Sang Pencerah.
Sekian pembahasan mengenai biografi KH. Ahmad Dahlan. Semoga Anda bisa memetik pelajaran dari kisah perjalanan hidupnya, ya.
Posting Komentar untuk " Biografi KH. Ahmad Dahlan, Sang Pencerah dan Pendiri Muhammadiyah"