Sejarah Wali Songo Sebagai Penyebar Agama Islam Di Pulau Jawa
alhuda14.net - Sejarah Wali Songo Sebagai Penyebar Agama Islam Di Pulau Jawa - Wali Songo merupakan orang spesial yang sangat dihormati dan disegani sebagai penyebar agama Islam di pulau Jawa. Sebagian di antara mereka memiliki karomah yang Istimewa dari Sang Maha Pencipta. Hal ini juga yang menjadikannya pendukung mereka dalam melakukan berbagai kegiatan di dalamnya. Meski tentu saja terdapat banyak tantangan yang terdapat di dalam perjuangan tersebut sendiri.
Terdapat
kesan dan pesan moral yang ditinggalkan oleh mereka yang sangat relevan dengan
kehidupan pada saat ini. Mereka memanglah orang terdidik dan telah dibiasakan
dengan akhlak yang bagus. Sehingga mereka mampu memberikan manfaat luar biasa
hingga dikenang sampai saat ini. Berikut merupakan sejarah para wali songo yang
memiliki kaitan antara satu dengan yang lainnya. Meski sebenarnya jumlah
penyebar agama Islam di jawa lebih dari sembilan orang.
![]() |
Sejarah wali songo |
Sejarah Wali Songo Sebagai Penyebar Agama Islam Di Pulau Jawa
Sejarah wali songo ini
dimulai dari kisah Syekh Mulana Jumadil Kubro yang sesungguhnya beliau juga
merupakan keturunan dari Nabi Muhammad sendiri. Beliau memiliki dua putra yang
bernama Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq. Maulana Malik Ibrahim sendiri
merupakan nama lahir dari Sunan Gresik. Beliau merupakan pedagang yang juga
menyebarkan agama Islam selama melakukan perdagangan tersebut. Beliau menikah
dengan putri dari Raja Champa.
Di
mana saudara dari istri Sunan Gresik juga merupakan istri dari raja Majapahit
pada masa kepemimpinan Prabu Sri Kertajaya. Hal itu berarti Sunan Gresik
memiliki ikatan persaudaraan dengan kerajaan Majapahit masa itu. Selama
pernikahan Sunan Gresik memiliki dua putra yang bernama Raden Rahmat yang lebih
akrab dengan panggilan Sunan Ampel dan Raden Santri. Keduanya juga mengikuti
jejak ayahnya untuk menyebarkan ajaran agama Islam di pulau jawa.
Bedanya
jika ayah mereka lebih kepada mendekati masyarakat untuk mendapatkan hati dan
kepercayaan dari mereka terlebih dahulu. Mereka melakukan penyiaran agama Islam
secara terang-terangan. Bahkan sunan Ampel memiliki pondok pesantren yang
sangat populer di Ampel Denta. Tempat tersebut menjadi setra pendidikan yang
sangat berpengaruh pada masa itu. Dan hal pertama ini menunjukan jika sejarah
wali songo memiliki kaitan yang cukup erat.
Sunan
Ampel memiliki murid yang bernama Sunan Giri. Sunan Giri ini sendiri,
sebenarnya masih saudara sepupu dengan Sunan Ampel tersebut sendiri. Setelah
menimba ilmu dari Ampel Denta, malaka, hingga pasai Sunan Giri turut serta
dalam menyebarkan agama Islam di kawasan nusantara dengan mulai membuka
pesantren di daerah Selatan Gresik. Pesantren tersebut tidak hanya digunakan
sebagai tempat belajar namun juga tempat pengembangan masyarakat.
Bahkan
Giri Kedaton juga tubuh menjadi tempat perkembangan pusat politik di pulau
jawa. Hingga beliau turut mendirikan Kesultanan Islam pertama di pulau jawa
yang dipimpin oleh Raden Patah, dan menetapkan Sunan Giri sebagai panglima
perang dan penasehat kerajaan. Dengan masa sejarah wali songgo inilah
perkembangan Islam di pulau jawa dikenal secara luas dan menjadi agama bagi
sebagian masyarakat Jawa. Lebih jelasnya dapat dilihat di Babad Demak.
Sunan
Ampel memiliki beberapa keturunan, diantaranya adalah Raden Makhdum Ibrahim dan
Raden Qasim. Raden Makhdum Ibrahim sendiri merupakan nama lahir yang dimiliki
oleh Sunan Bonang. Sunan Bonang juga turut menyebarkan agama Islam di beberapa
tempat di pulau Jawa. Dan memiliki seorang murid yang sangat terkenal bernama
Raden Mas Said. Raden Mas Said sendiri merupakan nama asli yang dimiliki oleh
Sunan Kalijaga.
Sejarah wali songo menyatakan
jika Sunan Kalijaga juga merupakan menantu dari Sunan Bonang. Sunan Kalijaga
ini sangat toleran dengan budaya yang berlaku dengan masyarakat pada kala itu.
Sunan Kalijaga ini sendiri memiliki penampilan yang cukup berbeda dengan
penampilan yang ditampakan oleh delapan wali lainnya. Meski begitu cara dakwah
yang unik tersebut banyak diterima oleh masyarakat secara luas sehingga
memiliki banyak murid.
Selama
berada di daerah Cirebon Sunan Kalijaga memiliki seorang sahabat yang bernama
Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati ini sendiri merupakan satu-satunya sunan
yang menjadi pemimpin pemerintahan. Beliau merupakan pendiri sekaligus pemimpin
Kesultanan Cirebon. Hal tersebut tentu memberikan dukungan serta tantangan
sendiri dalam menyebarkan agama Islam di masyarakat. Namun, di usia 89 tahun
Sunan Gunung Jati mengundurkan diri dari posisinya.
Sejarah wali songo menyebutkan,
Sunan Gunung Jati lebih memilih untuk fokus dalam melakukan atau menekuni dunia
dakwah Islam setelahnya. Dan Sunan Gunung Jati meninggal tahun 1568 masehi dan
dimakamkan di Cirebon, tepatnya di daerah Gunung Sembung sebelah barat sebelum
kota Cirebon itu sendiri. Sedangkan kepemimpinan dari kesultanan yang dulu
dipimpinnya sendiri diserahkan kepada putranya yang bernama Pangeran Pasarean.
Sunan
Kalijaga memiliki putra yang Bernama Sunan Muria. Sama seperti ayahnya Sunan
Muria juga memilih untuk melakukan dakwah. Yang membedakannya adalah Sunan
Muria memilih dakah pada daerah pedalaman atau pedesaan dan sangat bersahabat
oleh para rakyat miskin. Tidak hanya mengajarkan ilmu agama, beliau juga
mengajarkan ilmu bercocok tanam, berdagang, dan mencari ikan. Sehingga dapat
membantu menaikan perekonomian masyarakat miskin.
Sunan
Muria juga memiliki peranan yang cukup vital dalam kesultanan Demak. Beliau
merupakan penengah apabila terjadi masalah intern di kesultanan. Bahkan masalah
yang cukup sulit dapat berhasil diselesaikan, sehingga membuat Sunan Muria
sangat dihormati dan disegani dalam kesultanan Demak maupun masyarakat dari
Demak itu sendiri. Sejarah wali songo dari Sunan Muria ini dicatat
hingga kini atas karya yang beliau gubah berupa tembung Sinom dan Kinanthi.
Putra
lain dari Sunan Ampel yang turut ikut berdakwah adalah Sunan Drajat. Beliau
melakukan dakwah pada daerah sekitar Lamongan. Hingga beliau sendiri juga
dimakamkan di daerah dekat pesisir di Kota Lamongan. Di tempat itu Sunan Drajat
mendirikan Padepokan Santri Dalem Duwur yang memiliki cukup banyak murid dari
berbagai daerah. Sunan Drajat merupakan orang yang sangat disegani masyarakat
karena pribadinya yang bersahaja dan suka menolong.
Sunan
Bonang memiliki saudara bernama Syarifah. Beliau memiliki putra yang bernama
Jaffar Shadiq atau yang lebih populer dengan sebutan Sunan Kudus. Sunan Kudus
sendiri juga merupakan Sunan Kalijaga. Hal ini tentu mempengaruhi gaya
berdakwah Sunan Kudus yang menyerupai dengan Sunan Kalijaga yang sangat toleran
dengan masyarakat sekitar. Sejarah wali songo Sunan Kudus juga mencatat
bahwa beliau juga merupakan panglima Kesultanan Demak.
Setiap
Wali memiliki gaya berdakwah masing-masing yang dilatarbelakangi oleh berbagai
hal yang berkaitan dengan hal tersebut. Sejarah wali songo ini sendiri
juga memiliki pesan moral yang tersirat di dalamnya dalam berjuang dalam
menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Sehingga sangat baik jika kita mampu
untuk menangkap pesan yang terdapat dalam cerita panjang dari para sunan
tersebut sendiri.
Posting Komentar untuk "Sejarah Wali Songo Sebagai Penyebar Agama Islam Di Pulau Jawa"