Sejarah Sunan Giring, Mataram Islam yang berawal dari Gunung Kidul
alhuda14.net - Sejarah Sunan Giring, Mataram Islam yang berawal dari Gunung Kidul Ki Ageng Giring ini merupakan salah seorang keturunan dari Prabu Brawijaya IV yaitu dari Retna mundri. Yang hidup dan juga menetap pada abad ke XVI tepatnya di desa sodo Giring, ke Kecamatan Paliyan. Desa sodo yang terletak sekitar 6 km dari arah barat daya kota Wonosari. Ki Ageng Giring juga merupakan sesepuh Rahmat aram yang sangat sekali dihormati.
Dan perlu Anda ketahui
juga, gelar yang dimiliki oleh Ki Ageng Giring merupakan gelar seorang tokoh
pada waktu tugas kenegaraan atau juga
setelah lengsernya dari jabatan. ketika beliau masih aktif menjabat biasanya beliau
disebut dengan Ki Gede. Lalu
ketika usianya sudah sangat sepuh,
jabatan dialih terimakan kepada para keturunannya dan juga sebagai sesepuh
tokoh yang disebut sebagai Ki Ageng.
![]() |
Sejarah Sunan Giring |
Asal usul keluarga Sunan Giring
Menurut Sejarah
Sunan Giring, Ayah dari Sunan Ki
Ageng Giringi I adalah Prabu Brawijaya IV
yang merupakan raja Majapahit. Dan
sedangkan ibunya yang bernama Retno mundri. Beliau bertemu dengan seorang wali yang besar
bernama Sunan Kalijaga. Beliau juga seperguruan dengan Ki Ageng pemanahan.
Perlu Anda ketahui
juga bahwa, setelah hancurnya Kerajaan Majapahit, dan Puteri Prabu Brawijaya
ikut menyebar ke berbagai wilayah. Yaitu
di wilayah tanah Jawa bahkan juga Bali dan Lombok.
Di tempat
masing-masing, dalam sejarah
Sunan Giring mereka berikhtiar
lahir dan juga batin untuk mendapatkan kembali Tahta ayahandanya yang telah
hilang. Keyakinan bahwa wahyu Keraton akan turun kembali kepada Putra yang
memiliki kecakapan lahir dan batin ini sangatlah kuat dalam menancapkan ke
dalam relung jiwanya. Yang
di antaranya adalah Ki Ageng Giring I.
Ki Ageng Giring memasuki
Kedua rimbunan pohon dengan berjalan sangat jauh. Hutan dan juga semak belukar sungai gunung dan juga gua ditempuhnya dengan Tak
Kenal lelah. Dan hingga
pilihannya jatuh kepada daerah yang datar dengan memiliki pemandangan juga
perbukitan dan sungainya yang jernih.
Di dekat sebuah mata
air ia mendirikan gubuk untuk peristirahatannya. Setiap hari beliau berdoa kepada Allah untuk
mendapatkan ketentraman lahir dan juga batin dengan seluruh anak cucu keturunan
beserta para pengikutnya.
Dan sejarah
Sunan Giring di desa tersebut
beliau mengajarkan perbandingan, menanam pohon kelapa dan menderes, membuat
minuman, dan juga merajut kain. Beliau juga mengajari kepada para penduduk
Bagaimana cara mengalirkan untuk mengaliri persawahan dari sungai yang airnya sangat jernih.
Kehidupan Ki Ageng
Giring berlangsung sangat damai, beliau wafat dan digantikan oleh putranya
yaitu Ki Ageng Giring II.
Lalu,
Ki Ageng Giring II pun juga telah wafat lalu digantikan oleh putranya yaitu Ki
Ageng Giring III. Ketika masa Ki Ageng
Giring III, memiliki banyak sekali kisah-kisah menarik. karena dari berbagai
hal baik natural maupun supranatural.
Turunnya Wahyu Keraton Mataram
Menurut sejarah
Sunan Giring Isyarat akan
Turunnya wahyu Keraton Mataram yang tepatnya di perbukitan Kidul tersebut Atas
petunjuk dari Sunan Kalijaga. Yang beliau merupakan spiritual yang mampu
melihat dengan pandangan lahir dan juga baterainya. Oleh karena itu, Sunan Kalijaga Ki Ageng Giring
III, dan di telah dipercaya dengan kuat sebagai penyangga negeri.
Perjalanan Ki Ageng Pemanahan yang Mengawal Sultan Hadiwijaya
di Keraton
Pajang
Ketika itu, Ki Ageng
pemanahan berada di lingkungan Keraton pajang yaitu di bawah kekuasaan Sultan
hadiwijaya atau biasa dikenal dengan Joko Tingkir. Setelah kemenangan Ki Ageng pemanahan dalam
menakluk kan Arya Penangsang di jipang panolan namun beliau belum mendapatkan
sebuah hadiah dari Sultan.
Sebagaimana hal
tersebut merupakan Sayembara bahwa barang siapa yang dapat mengalahkan Arya
Penangsang akan mendapatkan sebuah hadiah tanah perdikan yang sangat luas. Lalu Ki Ageng pemanahan merasa kecewa wa dan lantas
pergi dari istana. Lalu sejarah Sunan Giring, Ki Ageng pemanahan menuju ke rumah sahabatnya
yaitu di daerah Gunung Kidul.
Ki Ageng Giring III
merupakan seorang petani, seorang Pertapa, sekaligus juga penyadap nira Kelapa. Bersamaan dengan hari itu Sunan Kalijaga daun mengatakan bahwa
kelak Wahyu Gaga April akan turun di tengah pegunungan Selatan dalam sebuah air
degan.
Oleh Sunan Kalijaga,
Ki Ageng penghubung untuk melakukan tirakat di daerah yang terdapat pohon mati
yang berbunga. Dan sejarah
Sunan Giring, lalu pohon mati tersebut
ditemukan oleh Ki Pemanahan
yang sekarang disebut sebagai kembang lampir di wilayah Panggang Gunungkidul.
Dan juga Ki Ageng
Giring III yang tetap tinggal di daerah Paliyan Gunung kidul disuruh untuk menanam sepet atau sabut
kelapa yang kering. Dan
kemudian tumbuh menjadi pohon tersebut yang menghasilkan degan atau buah kelapa
muda.Yang menurut logika hal tersebut tidaklah mungkin tumbuh namun atas
kehendak Yang Maha Kuasa sabut kelapa kering tersebut tumbuh menjadi sebatang
pohon kelapa.
Dalam sejarah
Sunan Giring bertahan
bertahun-tahun akan tetapi pohon
kelapa tersebut selalu dirawat dan juga dijaga oleh Ki Ageng Giri di pekarangan
rumahnya. Setelah pohon kelapa
itu dirawat dan juga dijaga oleh Ki Ageng Giring III hingga menjadi tinggi dan juga besar. Akan tetapi Ki Ageng merasa bingung mengapa pohon kelapa tersebut tidak juga berbuah. Seperti apa yang pernah di isyaratkan oleh gurunya yaitu
Sunan Kalijaga.
Akan tetapi Ki Ageng
tidak pernah ragu sedikitpun kepada Sunan Kalijaga yaitu gurunya. yang
sebagaimana Islam mengajarkan kesabaran dan ketekunan dalam ibadah sehingga
suatu ketika pohon kelapa tersebut muncul dengan 1 biji dan beliau mendapatkan
mimpi yang sangat aneh.
Menurut sejarah Sunan Giring, apa yang dalam mimpi itu Katakan Ki Ageng harus
segera mematikan satu-satunya buah kelapa yang masih muda tersebut dan lalu
meminum airnya. Dalam sekali Teguh
agar kelak dapat menurunkan Raja ke dengan kepribadian yang utuh. Maka dari itu Ki Ageng Giring berjalan ke ladang
terlebih dahulu agar beliau merasa haus sehingga beliau dapat menghabiskan air
degan tersebut dalam Sekali minum.
Namun sayangnya
ketika Ki Ageng Giring sedang di dagang sahabat Ki Ageng yaitu Ki Ageng
pemanahan datang dari kembang lampu dengan maksud untuk bersilaturahmi. Namun tuan rumah yaitu ki Ageng Giring III tidak
berada di rumah. Lalu Ki Ageng
pemanahan dalam keadaan haus dan juga capek beliau melihat buah di dapur.
Menurut sejarah
Sunan Giring, Ki Ageng
tanpa pikir panjang lalu meremas degan tersebut dan meminum air kelapa muda
sampai habis dengan sekali teguk. Ki Ageng pemanahan merasa bahwa ia tidak perlu meminta izin karena ia yakin
kedekatan dengan sahabatnya itu.
Urutan
Silsilah Keturunan Ke-7
Keturunan tetap menjadi Raja meskipun silsilah yang diambil dari keturunan
perempuan. Pakubuwana 1 yang merupakan seorang raja yang
berdarah Giring. dalam Kompleks makam Sunan Giri yang juga terdapat bangunan
masjid, Padepokan Ki Ageng Giring, Sendang, dan juga terdapatnya pohon seusia
makam.
Untuk makan Sejarah
Sunan Giring sendiri berada di
dalam tembok yang telah dibangun pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Padepokan ini juga sering digunakan masyarakat untuk melakukan tirakat,
mujahadah, doa, sarasehan kebudayaan, pengajian, menerima maupun kegiatan
sosial lainnya.
Itulah sejarah
Sunan Giring yang dapat Anda menambah wawasan Anda. Thankyou.
Posting Komentar untuk "Sejarah Sunan Giring, Mataram Islam yang berawal dari Gunung Kidul"