Sejarah Sunan Bungkul Dan Pembuat Pusaka
alhuda14.net- Mbah Bungkul dan pembuat pusaka menurut ziarah wali songo, tujuan dari salah satunya dalam berziarah ke makam Sunan Ampel yang letaknya di Ngampeldenta tepatnya yaitu di Kota Surabaya Jawa Timur.
Makam Sunan Ampel
yang terdapat di Surabaya, terdapat pula makam yang juga banyak dikunjungi oleh
banyak sekali sejarah yaitu makam dari Sunan Bungkul.
![]() |
sejarah Sunan Bungkul |
Letak Makam Sunan Bungkul
Siswanto yang
merupakan penjaga makam yang dipegangnya secara turun-temurun dari orang
tuanya. menjelaskan bahwa tidak ada
sejarah mengenai Sunan Mbah Bungkul. Dan yang terdapat hanyalah cerita dan juga legenda turun
temurun dari nenek moyang saja.
Makam sejarah Sunan Bungkul yang
terletak di Surabaya atau juga biasanya sering disebut dengan Mbah Bungkul. Untuk lokasi makam ini yaitu terletak tepat di Taman Bungkul yang berada di tepi jalan
Raya Darmo, yaitu sebuah Jalan elit yang terletak di kawasan Surabaya.
Dan akses untuk menuju
ke makam tersebut berada tepat di bagian Sisi belakang Taman Bungkul. Dengan
melewati jajaran warung yang seringkali juga ramai dikunjungi
oleh pembeli entah itu siang
hari ataupun malam hari.
Ahli sejarah Belanda
yaitu GH Von Faber, yang terdapat pada bukunya yang berjudul Out Soerabaia. Yang ditulisnya sejarah Sunan Bungkul, ketika zaman kolonial yang memang sengaja tidak dikenalkan jati
diri yang sebenarnya.
Entah tidak tahu apa maksudnya, dan yang jelas dalam buku tersebut tertuliskan bahwa orang akan celaka atau dalam bahasa Jawa disebut dengan kualat dan juga akan diganjar hukuman. bila mencoba mencari tahu siapa sebenarnya itu Mbah Bungkul. Dan, Mbah Bungkul sekarang telah diyakini sebagai salah satu wali besar di daerah Surabaya.
Penyebar Agama Islam
Dari sejarah Sunan
Bungkul yang juga termasuk
penyebar agama Islam tepatnya di tanah Jawa yang ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Siswanto yang yang merupakan juru kunci dari makam
tersebut, menolak
adanya keberadaan harta karun yang terdapat pada makam Mbah Bungkul.
Menurut Siswanto, hanya ada peninggalan-peninggalan benda pusaka zaman dahulu pada makam dari Mbah Bungkul. Siswanto juga menjelaskan bahwa, tidak adanya sejarah dari Mbah Bungkul ini. Dan Yang ada hanyalah cerita atau legenda yang secara turun-temurun dari nenek moyang atau juga keturunan keturunannya nya.
Memeluk Islam dan
mengubah Nama
Menurut sejarah Sunan
Bungkul yang mempunyai nama
asli yaitu Ki Ajeng Supo yang merupakan seorang bangsawan dari zaman kerajaan
Majapahit kala itu. Setelah Sunan Bungkul atau Mbah Bungkul ini memeluk
Islam dan lalu mengubah
namanya yaitu dengan nama Ki Ageng
Mahmudin atau Syaikh Mahmudin (1400-1481).
Mbah Bungkul ini juga merupakan salah satu penyebar agama Islam di akhir kejayaan, yaitu kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Dan Mbah Bungkul ini juga merupakan mertua dari Sunan Ampel. beberapa sumber juga menyatakan bahwa beliau juga mertua dari Raden Paku atau yang biasa dikenal dengan Sunan Giri.
Ahli
dalam Membuat Benda Pusaka
Dalam sejarah Sunan
Bungkul, ini juga mempunyai
seorang putri yang bernama Dewi Wardah. Siswanto sendiri yang merupakan juru
kunci dari makam Sunan Bungkul didapatnya secara turun-temurun dari orang tuanya.
Yang mengatakan bahwa Mbah Bungkul selain menyebarkan agama Islam di daerah Jawa, juga merupakan seorang yang ahli dalam membuat pustaka zamannya Brawijaya V. Usianya yang mencapai 3 abad atau 300 tahun ini membuat Mbah Bungkul ini memiliki banyak sekali murid. Dibungkus sendiri juga biasa dikenal dengan susuhunan Sunan Bungkul.
Ki Ageng
Seorang Pejabat Kerajaan
Ki Ageng Mahmudin atau di kenal dalam sejarah
Sunan Bungkul ini
dulunya yaitu seorang pejabat
Kerajaan Majapahit, yang setingkat dengan Tumenggung. Ki Ageng Mahmudin juga
oleh raja Majapahit, Brawijaya, untuk menemani putra mahkota yang tidak ingin
sekali menggantikannya sebagai raja.
Karena lebih tertarik dan juga ingin mempelajari ilmu agama, dia juga sekali
berguru kepada Sunan Bejagung yang tempatnya di Tuban. Ki Ageng Mahmudin yang
merupakan pertama kota dan juga Tumenggung belajar agama dan menjadi santri
dari Sunan bejagung.
Yang mempunyai nama asli yakni Syaikh Abdullah Asy’ari yang tidak lain merupakan adik dari Syaikh Maulana Ibrahim
Asmoroqondhi. Yaitu merupakan ayah
dari Sunan Ampel dan juga kakek dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Hal tersebut merupakan sejarah
Sunan Bungkul yang dulu juga pernah berguru
kepada salah satu guru.
Dan kemudian, putra mahkota Majapahit tersebut diambil alih
oleh Sunan Bejagung. Yaitu makamnya yang terletak di desa bejagung tepatnya di
Tuban dan juga lebih dikenal dengan sebutan makam Sunan bejagung Kidul. Kidul
yang berarti Selatan dalam bahasa Jawa.
Untuk Syaikh Abdullad Asyari atau juga sering disebut dengan sunan bejagung makamnya sering dikenal dengan makam Sunan Bejagung Lor. Kata lor menurut bahasa jawa yang berarti arah utara. Sejarah Sunan Bungkul juga menyebutkan bahwa Mbah Bungkul merupakan mertua dari Raden Paku.
Niatan
Buah Delima Mbah Bungkul
Yang sering dikenal dengan sebutan Sunan Giri. setelah Raden paku secara tidak sengaja mengambil buah delima dari Kalimas. Yang tanpa diketahuinya, Mbah Bungkul ini memiliki sebuah niatan yaitu Barang siapa yang menemukan buah delima dari Kalimas itu akan ia jodohkan dengan putrinya yang bernama Dewi Wardah.
Sejarah Sunan Bungkul ini merupakan Prawali bukan wali. Sebelumnya Raden paku telah dijodohkan dengan putrinya Sunan Ampel yang bernama Dewi murthasiah. Akan tetapi perjodohannya dengan Dewi Wardah mendapatkan restu dari Sunan Ampel. Maka dari itu, Raden Paku pun menikahi kedua Putri tersebut pada hari yang sama pula.
Ketika itu rencananya ingin mengawinkan Sunan Giri dengan putrinya Sunan Ampel dan akhirnya didahului oleh putrinya Mbah Agung Bungkul, lalu Sunan Giri melaksanakan akad nikah yaitu 2 kali dalam rentang waktu hanya sehari.
Pusaka
Mbah Bungkul
Dalam sejarah Sunan Bungkul yang merupakan seorang spesialis pembuat benda pusaka, memiliki berbagai
macam peninggalan benda. Dan benda pusaka itulah yang hingga kini milik Mbah Bungkul diberi sebuah tanda berupa tetenger.
Jadi, untuk harta karun Mbah Bungkul yang pernah
dirawat oleh orang tua juru kunci sebelumnya lalu dikubur. Nah,
peninggalan berupa pusaka yang benar tersebut dan itu merupakan sebuah cerita
dari lalu Tulislah ke dalam buku.
Jadi untuk sejarah Sunan Bungkul dan juga benda
pusakanya itu bukanlah sebuah
harta karun. Dan juga alasan
mengapa benda-benda pusaka Mbah Bungkul dikuburkan karena, sesuai dengan permintaan
pendahulu untuk dikubur.
Namun, tetap dikasih tetenger atau sebuah tanda. dan
hingga saat ini orang lain pun juga tidak ada yang berani untuk membongkar
benda pusaka yang telah dikubur disebut. Makam dari Sunan Bungkul ini merupakan sebuah bangunan cagar
budaya.
Yang kisahnya belum
Sahih dan masih terjadi banyak sekali kontroversi yang beredar. Karena sulitnya untuk melacak sejarah Sunan Bungkul tersebut.
Kisah ini pun merupakan sebuah kisah yang yang
telah umum dan beredar di masyarakat luas.
Itulah kisah dari sejarah Sunan Bungkul semoga bermanfaat, Thank you very much.
Posting Komentar untuk "Sejarah Sunan Bungkul Dan Pembuat Pusaka"