Sejarah Sunan Ampel Singkat, Mulai Dari Asal Usul Hingga Dakwahnya
alhuda14.net - Apa yang Anda pikirkan saat mendengar nama Sunan Ampel? Anda pasti ingat pada walisongo. Ya, Sunan Ampel merupakan salah satu di antara walisongo yang menyebarkan agama Islam di Nusantara, tepatnya di tanah Jawa. Beliau menyebarkan agama Islam di Surabaya, Jawa Timur. Sejarah Sunan Ampel singkat akan dipaparkan dalam artikel ini.
![]() |
Sejarah Sunan Ampel singkat |
Istri dan Anak Sunan Ampel
Sunan Ampel
mempunyai dua orang istri. Istri pertama beliau adalah Dewi Condrowati atau
Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi. Dari istri pertama Sunan Ampel
memiliki lima orang anak, di antaranya:
- Maulana Mahdum Ibrahim / Raden Mahdum Ibrahim atau Sunan Bonang
- Syarifuddin / Raden Qasim atau Sunan Derajat
- Siti Syari'ah / Nyai Ageng Maloka atau Nyai Ageng Manyuran
- Siti Muthmainnah
- Siti Hafsah
Sedangkan istri
kedua beliau bernama Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Dengan istri
keduanya Sunan Ampel memiliki enam orang anak. Adapun anak-anak beliau di antaranya:
- Dewi Murtasiyah yaitu istri dari Sunan Giri
- Dewi Murtasimah / Asyiqah yaitu istri Raden Fattah
- Raden Husamuddin atau Sunan Lamongan
- Raden Zainal Abidin atau Sunan Demak
- Pangeran Tumapel
- Raden Faqih atau Sunan Ampel 2
Sunan Ampel Keturunan Bangsawan
Sunan Ampel
memiliki nama asli Raden Muhammad Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat. Sunan
Ampel merupakan anak dari Maulana Malik Ibrahim atau Malik Maghribi atau juga
yang dikenal dengan Sunan Gresik. Sunan Ampel lahir di Champa, Kamboja sekitar
tahun 1401.
Sunan Ampel
sendiri merupakan keponakan dari Raja Majapahit yang dipimpin oleh Raja
Brawijawa. Kakak sulung ibu beliau adalah Dewi Sasmitraputri yang merupakan
seorang permaisuri Prabu Kertawijawa atau Brawijaya. Dengan demikian, Sunan
Ampel tergolong dalam keturunan bangsawan.
Tahun 1443,
bersama Ali Musada (Ali Murtadho) yang merupakan saudara tuanya dan sepupunya
Raden Burereh datang ke Jawa. Kemudian mereka menetap di Tuban. Setelah beliau
menetap di Tuban, kemudian berangkat menuju Kerajaan Majapahit dan menemui
bibinya Dewi Sasmitraputri.
Kerajaan
Majapahit saat itu sedang dalam masa-masa suram. Para adipati serta pembesar
kerajaan melupakan tugasnya sebagai pemimpin. Mereka lebih mengutamakan
berpesta dan hidup bermewah-mewah. Untuk itulah Sunan Ampel datang ke sana
untuk menyampaikan ajaran agama Islam.
Kondisi kerajaan
yang carut marut tersebut membuat Prabu Brawijaya merasa sedih. Prabu Brawijaya
mengundang Sunan Ampel untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di Kerajaan
Majapahit.
Falsafah Moh Limo Sunan Ampel
Sunan Ampel
menjalankan tugasnya di Kerajaan Majapahit dengan kesabaran dan kewibawaan.
Beliau mengatasi situasi Kerajaan tersebut dengan usaha menyadarkan dan
mendidik adipati serta para bangsawan ke jalan yang benar. Setelah usaha beliau
itu berhasil, selanjutnya ia pun melakukan dakwahnya di masyarakat.
Ketika Raden
Rahmat tengah menyusuri desa, ia tiba di sebuah tempat yang kosong. Di tempat
kosong itu, ia membangun masjid sebagai pusat ibadah dan dakwah. Selain itu,
beliau pun membangun sebuah pesantren. Pesantren tersebut menjadi pusat
pendidikan agama Islam yang sangat berpengaruh bagi masyarakat di sekitarnya.
Daerah yang
dikenal dengan Ampeldenta itu menjadi tempat beliau mengajarkan nilai-nilai
ajaran agama Islam. Di sanalah beliau diberi kekuasaan dan kemudian dikenal
sebagai Sunan Ampel. Murid-murid beliau yang telah berbekal ilmu pengetahuan
Islam, kemudian disebar ke berbagai daerah. Dua murid Sunan Ampel yang
terkenal, yaitu Sunan Giri dan Raden Patah.
Sunan Ampel
memiliki cara dakwah yang sangat singkat dan cepat. Cara dakwah beliau dikenal
dengan falsafah "Moh Limo" yang selaras dengan nilai ajaran Islam.
Moh Limo dalam bahasa Jawa berarti menolak melakukan lima hal. Moh Limo ini
berisi lima larangan atas suatu perbuatan tercela. Adapun isi dari Moh Limo
tersebut, yakni:
- Moh Main atau tidak mau berjudi
- Moh Ngombe atau tidak mau mabuk
- Moh Maling atau tidak mau mencuri
- Moh Madat atau tidak mau menghisap candu
- Moh Madon atau tidak mau berzina
Dalam dakwahnya,
beliau melakukan metode pembauran dengan masyarakat akar rumput yang merupakan
titik sentral dari sasaran dakwahnya. Ketika itulah kecendekiaan serta
intelektualitasnya teruji. Di tempat yang asing, Sunan Ampel sebagai pendatang
dari negeri Campa berusaha beradaptasi dengan kultur sosial yang belum ia
kenal.
Dengan
diplomasinya yang sangat gemilang, Sunan Ampel akhirnya berhasil mensejajarkan
kaum Muslim kala itu dengan kaum elite pemerintahan Majapahit. Pemerintahan
Majapahit sangat menghormati hak-hak serta kewajiban umat Islam. Selain itu,
tidak sedikit pula penggawa kerajaan yang akhirnya memeluk Islam sebagai jalan
hidup.
Sunan Ampel Sebagai Pencetus Kesultanan Demak
Kerajaan Islam
yang pertama di Pulau Jawa, yaitu Kesultanan Demak. Sunan Ampel merupakan salah
satu pencetus berdirinya Kesultanan Demak tersebut. Bahkan, Raden Patah yang
merupakan salah satu muridnya diangkat menjadi Sultan Demak pertama pada tahun
1475. Beliau juga turut membantu dalam mendirikan Masjid Agung Demak. Salah
satu dari empat tiang utama masjid Agung tersebut diberi nama Sunan Ampel.
Sunan Ampel dan Karomahnya
Berdasarkan yang
tertulis dalam naskah-naskah kuno yang telah diterjemahkan, Sunan Ampel
memiliki kesaktian yang dalam Islam disebut karomah. Adapun salah satu karomah
Sunan Ampel, yaitu menghadirkan Mbah Sholeh yang telah meninggal dunia. Mbak
Sholeh merupakan salah satu santri yang rajin dan taat. Sosok yang cinta
kebersihan serta selalu membersihkan masjid.
Dijelaskan dalam
kisahnya, bahwa Sunan Ampel merasa sedih dan gelisah ketika Mbah Sholeh
meninggal. Hingga suatu ketika, beliau berucap, "Kalau saja Mbah Sholeh
masih hidup, pasti masjid bersih". Tanpa disangka, ucapan Sunan Ampel
tersebut menjadi nyata. Keesokan harinya para santri melihat keadaan masjid
yang kembali bersih dan kinclong.
Bahkan yang
membuat santri dan masyarakat kaget, sosok Mbah Sholeh kembali hadir. Saat itu
masyarakat meyakini bahwa pembersih masjid itu adalah Mbah Sholeh, santri Sunan
Ampel. Seiring berjalannya waktu, Mbah Sholeh pun kembali meninggal. Sunan
Ampel terus mengulangi ucapannya yang mengundang kehadiran Mbah Sholeh,
"kalau Mbah Sholeh masih hidup dan masjid menjadi bersih".
Ucapan yang
mengundang kehadiran Mbah Sholeh di Masjid yang didirikan sejak abad ke-18
tahun 1430 tersebut diulang sebanyak sembilan kali. Makam Mbah Sholeh sendiri,
ada sembilan buah di pelataran Masjid. Kehadiran Mbah Sholeh berhenti usai
meninggalnya Sunan Ampel. Diperkirakan Sunan Ampel meninggal pada 1481 Masehi
di Demak. Beliau dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.
Di dalam cerita
rakyat, terdapat dua keyakinan tentang kehadiran Mbah Sholeh. Ada yang
menganggap bahwa sosok yang hadir hanyalah menyerupai Mbah Sholeh yang telah
meninggal. Tetapi, banyak yang meyakini bahwa kehadiran Mbah Sholeh secara
berulang kali lantaran karomah yang dimiliki Sunan Ampel.
Demikianlah sejarah Sunan Ampel singkat, mulai dari
asal usul hingga dakwahnya. Sunan Ampel memiliki cara dakwah yang unik dan
menarik, sehingga mudah diterima masyarakat Jawa waktu itu. Nilai-nilai Islam
yang beliau ajarkan patut juga untuk kita contoh, apalagi merenungi falsafah
Moh Limo beliau. Semoga sejarah singkat Sunan Ampel ini dapat menambah
pengetahuan serta keimanan.
Posting Komentar untuk "Sejarah Sunan Ampel Singkat, Mulai Dari Asal Usul Hingga Dakwahnya"