Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Soekarno Pemimpin Indonesia Pertama: Sang Proklamator Indonesia

alhuda14.net - Sejarah Soekarno Pemimpin Indonesia Pertama: Sang Proklamator Indonesia. Soekarno (1901-1970) adalah presiden pertama Indonesia, seorang pemimpin nasionalis, dan seorang demagog. Ia adalah pendiri Republik Indonesia dan tokoh dominan sepanjang sejarahnya hingga wafat. Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur, dari ayah dan ibu orang Bali.

Pada usia dini keluarganya pindah ke Mojokerto, tempat ayahnya mengajar di sekolah. Pengetahuan Soekarno yang memadai tentang Belanda memungkinkannya masuk ke sekolah dasar Eropa. Pada tahun 1916 ia mendaftar di sebuah sekolah menengah di Surabaya. Selama periode ini ia tinggal bersama H.O. S. Tjokroaminoto, seorang pemimpin Islam terkemuka dan ketua Sarekat Islam. simak juga Sejarah Indonesia

sejarah Soekarno
sejarah Soekarno

Kehidupan Seorang Soekarno

5 tahun (1916-1921) yang dihabiskan Soekarno di Surabaya adalah yang terpenting dalam perkembangan intelektual dan politiknya di masa depan, karena di sini ia berhubungan dengan tokoh nasionalis Indonesia dan sosialis Belanda. Pada 1920 kelompok sayap kiri Sarekat Islam memisahkan diri dan mereka mendirikan Partai Komunis Indonesia. Tahun berikutnya sejarah Soekarno masuk Institut Teknologi di Bandung, dan lulus pada tahun 1926 sebagai insinyur.

Dia memulai karir politiknya, menerbitkan serangkaian artikel di mana dia berusaha untuk mendamaikan dua faksi yang bersaing dengan mencoba menunjukkan bahwa Islam dan komunisme tidak bertentangan. Kekuatan penggerak untuk kemerdekaan Indonesia harus nasionalisme, dikejar secara agresif. Musuh yang umum bagi semua kelompok di Indonesia, dalam penilaiannya, adalah imperialisme dan kapitalisme, keduanya dicontohkan di Belanda. Keyakinan Soekarno bahwa kesalahpahaman telah menyebabkan konflik antara Islam dan komunisme pertama kali muncul pada tahun 1926 dan berlanjut hingga tahun enam puluhan.

Pemimpin Revolusioner dan Kemerdekaan

Pada tahun 1927 Soekarno menjadi ketua Klub Studi Nasionalis di Bandung. Dengan berdirinya Partai Nasionalis Indonesia (PNI) pada tahun 1927 dan pelarangan PKI yang lebih awal sebagai akibat pemberontakan Madiun pada tahun 1926, tugas Soekarno untuk mempersatukan berbagai kelompok nasionalis menjadi lebih mudah. Pidatonya yang memukau dan kemampuannya untuk mengutarakan tujuan politiknya dalam bahasa yang dapat dipahami oleh massa segera menjadikan sejarah Soekarno sebagai pahlawan nasional.

Pengaruh dan ketenarannya sangat ditingkatkan dengan persidangannya pada tahun 1930. Sebagai hasil dari ucapan antikolonialis, dia telah dituduh oleh pemerintah Hindia Belanda melakukan pengkhianatan dan dijatuhi hukuman 4 tahun penjara, hanya 2 tahun yang harus dia layani. Pada kesempatan persidangan inilah ia menyampaikan pidato pembelaannya yang termasyhur, Indonesia Menggugat, yang dianggap sebagai salah satu pernyataan terpenting dari kredo-nya.

Tak lama setelah dibebaskan, Soekarno ditangkap lagi, dan diasingkan ke Ende di Pulau Flores pada Februari 1934. Empat tahun kemudian ia dipindahkan ke Bencoolen di Sumatera. Dalam sejarah, Soekarno dibebaskan ketika Jepang menduduki Indonesia pada bulan Maret 1942. Orang Jepang, yang akrab dengan pandangan antikolonialis Soekarno yang kuat, menjadikannya seorang pemimpin di berbagai organisasi mereka, dan pada bulan Juni 1945 ia memimpin Komite persiapan yang sangat penting untuk Kemerdekaan Indonesia.

Soekarno dengan jelas menunjukkan bahwa tujuannya selalu, dan masih, kemerdekaan Indonesia. Dalam kesempatan ini ia menguraikan dengan fasih Pantjasila, atau Lima Pilar: nasionalisme, internasionalisme, demokrasi, keadilan sosial, dan kepercayaan kepada Tuhan. Pada 17 Agustus 1945, Soekarno, atas desakan kuat kelompok pemuda dan kolega, memproklamasikan kemerdekaan negaranya di Jakarta, dan ia menjadi presiden pertama Republik Indonesia yang baru, posisi yang dipertahankannya selama hampir 21 tahun.

Perselisihan Internal

Setelah penyerahan kedaulatan pada 27 Desember 1949, persatuan yang berhasil dipertahankan dalam sejarah Soekarno selama revolusi runtuh, dan ketiga kelompok ideologis tersebut mulai saling menyerang. Dalam perseteruan ini, Soekarno menemukan sekutu di Partai Komunis Indonesia dan di Nahdatul Ulama, partai Islam konservatif. Dia juga bisa terus mengandalkan dukungan dari PNI-nya.

Pada tahun 1959, Soekarno memperkenalkan kembali Undang-Undang Dasar 1945, yang memberikan kekuasaan penuh kepada presiden, hanya bertanggung jawab kepada Kongres yang sangat lemah. Dia membubarkan Kongres, melarang partai Masyumi (Muslim liberal) dan partai Sosialis (PSI), dan memerintah dengan dekrit. Dia kemudian memperkenalkan konsep "demokrasi terpimpin" dan menyerukan pemusnahan neoimperialisme dan neokolonialisme dan pembentukan masyarakat sosialis.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Soekarno mempersatukan tiga kelompok yang filosofinya masing-masing adalah nasionalisme, agama, dan komunisme ke dalam sebuah front ideologis yang ia beri akronim Nasakom. Namun persatuan ini tidak berhasil, karena dua kelompok pertama menjadi tidak senang atas kebangkitan PKI yang luar biasa cepat dan atas pujian yang kuat dari sejarah Soekarno terhadap partai ini.

Pergolakan dan Kematian

Tentara dan PKI telah menjadi musuh sejak masa awal republik, dan dengan kudeta yang gagal pada 1 Oktober 1965, yang dipimpin oleh simpatisan Komunis, hari-hari Soekarno sebagai presiden dihitung. Ribuan orang tewas dalam pembersihan yang mengikuti. Tentara, di bawah Jenderal Suharto, membantu dalam pogrom dan mendukung para pelajar Indonesia dalam gerakan mereka untuk menjatuhkan Soekarno.

Di bawah tekanan ini Soekarno, pada 11 Maret 1966, menyerahkan kekuasaan kepresidenannya kepada Jenderal Suharto, yang enggan menyingkirkan sejarah Soekarno sepenuhnya dari panggung. Yang terakhir menolak untuk mengikuti perkembangan baru, dan setahun kemudian dia digulingkan dan ditempatkan di bawah kurungan rumah di Bogor, di mana dia tetap, seorang pria yang sakit fisik, sampai beberapa hari sebelum kematiannya di rumah sakit Jakarta pada 21 Juni, 1970, komplikasi dari gangguan ginjal dan tekanan darah tinggi. Soekarno tidak diberi tempat di Taman Makam Pahlawan di Jakarta tetapi dimakamkan di samping ibunya di Blitar, Jawa Timur.

Signifikansi Soekarno dalam pembentukan Republik Indonesia sangat besar. Pengabdiannya pada prinsip-prinsipnya, yang pertama kali diucapkan pada tahun 1926, tidak tergoyahkan. Seorang orator yang brilian, pemimpin yang karismatik, dan idealis, dia mencapai tujuan awalnya tetapi gagal sebagai "manusia fakta" dan dengan mudah mengakui bahwa dia bukan seorang ekonom. Pemerintahannya lebih disebut era slogan daripada pertunjukan.

Wawasan penting tentang pemikiran politik dalam sejarah Soekarno ada dalam terjemahan bahasa Inggris dari Marhaen dan Proletarian (1960) dan Nationalism, Islam and Marxism (1970). Yang berguna dan menarik adalah Soekarno: An Autobiography as Told to Cindy Adams (1965). Agak kurang bermanfaat dan bergaya jurnalistik adalah Cindy Adams, My Friend the Dictator (1967).

Belum ada biografi lengkap tentang Soekarno. Bernhard Dahm, Soekarno and the Struggle for Indonesian Independence (1969), adalah biografi politik yang penting. Karya yang kurang mendetail tapi berguna tentang ideologi Soekarno adalah Donald E. Weatherbee tahun 1966. simak juga tentang Pattimura

Penjelasan dan cerita diatas tentang sejarah Soekarno merupakan hal yang sudah umum lagi. Banyak kisah yang sudah diceritakan oleh para veteran kepada kita sebagai sumber informasi. Semoga cerita tersebut menjadi hal yang berguna untuk kita di masa depan.

Posting Komentar untuk "Sejarah Soekarno Pemimpin Indonesia Pertama: Sang Proklamator Indonesia"