Sejarah Para Wali Di Nusantara: Dari Begal Menjadi Wali
alhuda14.net - Sejarah Para Wali Di Nusantara: Dari Begal Menjadi Wali- Agama Islam datang kepada seseorang tanpa ada yang mengetahui bagaimana caranya dan dari siapa. Islam hanya akan datang bersama hidayah yang hanya bisa diberikan oleh Tuhan, tanpa perantara dan tanpa penyebab, hanya Tuhan semata yang mengetahui perkara ini.
Perkara datangnya cahaya Islam ini ternyata tidak hanya berguna untuk manusia biasa seperti kita. Bahkan salah seorang wali besar pada masa awal perkembangan Islam di Nusantara juga demikian, Sunan Kali Jaga seorang berandal terkenal dan disegani yang berakhir menjadi seorang wali. Bagaimana hal itu terjadi? selanjutnya akan kita bahas dalam beberapa uraian berikut. simak juga tentang Sejarah Sunan Giri
sejarah para wali di Nusantara
Keluarga Sunan Kali Jaga
Raden Sahid adalah nama dari seorang pemuda anak Tumenggung Wilatikta yang berkuasa di daerah Tuban. Dijelaskan dalam sejarah para wali di Nusantara pada masa Raden Sahid menginjak usia muda, pembayaran upeti daerah Tuban sangat menyiksa warga masyarakat dikarenakan besarnya upeti yang diminta. Raden Sahid muda melihat banyak sekali orang kelaparan karena penghasilan mereka habis untuk membayar pajak.
Mendapati warganya banyak yang hampir mati karena lapar, Raden Sahid kerap kali protes kepada ayahnya selaku Adipati, namun malangnya tanggapan ayahnya tidak begitu menyenangkan. Ayah Raden Sahid sangat tunduk kepada Maja Pahit yang kala itu menguasai Tuban. Ketika menyadari segala bentuk kata-kata baik kepada ayahnya tidak ditanggapi Raden Sahid menggunakan cara lain yang terkesan memberontak.
Suatu ketika Raden Sahid menemukan seorang anak kecil di perjalanannya, anak kecil ini meminta beberapa makanan kepada Raden Sahid. Raden Sahid tidak memberi anak kecil itu makanan, melainkan Ia meminta untuk bertamu ke rumah si Anak tersebut. Sesampainya di rumah si anak kecil Raden Sahid menangis, melihat ibu si anak sedang sekarat karena lapar. Sejarah para wali di Nusantara mencatat kejadian ini adalah awal pemberontakan Raden Sahid.
Keadaan keluarga yang sekarat karena menahan lapar itu membuat Raden Sahid tidak mampu berpikir panjang. Raden Sahid langsung berlari menuju gudang penyimpanan makanan yang ada di rumahnya, kemudian mencuri beberapa karung makanan dan membawanya menuju kediaman anak kecil yang ditemuinya di perjalanan. Pencurian pertama yang dilakukan Raden Sahid berjalan dengan lancar, sehingga untuk beberapa hari kemudian pencurian makanan terus Ia lakukan.
Malang nasib tidak dapat ditebak, suatu hari usaha pencurian yang dilakukan Raden Sahid untuk membantu warga diketahui oleh ayahnya. Menurut kisah dalam Sejarah Para Wali di Nusantara, hukuman untuk Raden Sahid adalah kurungan. Selama beberapa hari Raden Sahid dikunci di dalam lumbung, dengan harapan Ia akan jera dan tidak mengulanginya lagi. Sayangnya Raden Sahid muda sudah terdidik untuk tidak mudah merasa kalah.
Setelah Raden Sahid bebas dari kurungan di lumbung, ternyata Ia masih melakukan pencurian. Hal ini dilakukan Raden Sahid karena hatinya tidak pernah tega, melihat warganya yang setiap hari bertarung dengan nyawa karena lapar. Tumenggung Wilatikta yang sudah tak sanggup menghukum Raden Sahid akhirnya mengusirnya dari Kadipaten. Raden Sahid yang diusir memilih untuk berdiam diri di tengah hutan, dan merampok para saudagar yang melintas.
Berandal Loka Jaya
Salah satu daerah yang paling masyhur dalam Sejarah Para Wali di Nusantara adalah hutan Loka Jaya. Di hutan inilah Raden Sahid menetap, bersama beberapa orang Ia memburu harta para saudagar untuk kemudian dibagikan kepada warga yang kekurangan. Dalam melancarkan aksinya Raden Sahid selalu mengenakan topeng guna menutupi identitasnya, dari sinilah kelak orang-orang akan mengenalnya sebagai berandal Loka Jaya yang ditakuti para saudagar.
Suatu hari sunan Bonang melintasi hutan Loka Jaya seorang diri. Raden Sahin menyangka sunan Bonang adalah seorang saudagar, dikarenakan waktu itu Sunan Bonang mengenakan jubah yang sedikit bagus. Tanpa pikir panjang Raden Sahid langsung menyerang sunan Bonang, namun ternyata kemampuan sunan Bonang mengungguli Raden Sahid, alhasil dengan mudahnya Raden Sahid tumbang ditangan Sunan Bonang.
Meski mengalahkan Raden Sahid, sunan Bonang malah mengajak Raden Sahid untuk berjalan bersama. Di sepanjang perjalanan Sunan Bonang menasihati Raden Sahid perkara berbuat baik tidak boleh dengan cara yang salah, Sejarah para wali di nusantara menyebutkan di perjalanan itu sunan Bonang menunjukkan kelebihan yang dimilikinya. Melihat kelebihan yang dimiliki sunan Bonang membuat Raden Sahid memutuskan untuk berguru kepadanya.
Kala itu sunan Bonang sebenarnya tidak berniat untuk menjadikan Raden Sahid sebagai muridnya, namun karena sunan Bonang tak boleh menolak permintaan berguru akhirnya Ia memberi syarat kepada Raden Sahid. Syarat yang diberikan Sunan Bonang yaitu menjaga tongkat yang ditancapkan ke tepi sungai sampai Ia kembali. Tanpa pikir panjang Raden Sahid menyetujui persyaratan yang dibuat oleh calon gurunya tersebut.
Tiga tahun kemudian secara tidak sengaja sunan Bonang kembali melintasi tempat di mana Raden Sahid melakukan pertapaan. Sunan Bonang terkejut melihat pemuda yang dianggapnya hanya main-main meminta berguru, ternyata menepati persyaratan yang Ia berikan. Inilah asal mula penamaan sunan Kali Jaga dalam sejarah para wali di Nusantara. Dikarenakan lamanya bertapa beberapa sumber mengatakan badan sunan Kali Jaga telah menyatu dengan lumut.
Menjadi Wali
Perjalanan mencari ilmu yang dilakukan sunan Kali Jaga sangat berbeda dengan Wali songo yang lain. Hampir semua wali songo mendapat guru dikarenakan relasi leluhurnya, namun berbeda dengan sunan Kali Jaga yang harus berjuang terlebih dahulu sebelum mendapatkan seorang guru. Dikarenakan perjuangan yang berat tersebut sunan Kali Jaga sangat istimewa dimata gurunya, yaitu sunan Bonang.
Hanya butuh waktu beberapa saat untuk sunan Kali Jaga menguasai berbagai disiplin Ilmu. Bahan saking semangatnya Ia belajar, sampai kemampuan seni yang dimiliki sunan Bonang pun mampu Ia pelajari dengan baik. Salah satu kemampuan seni terbesar yang dimiliki sunan Kali Jaga dan tertulis abadi dalam Sejarah para wali di Nusantara adalah seni wayang kulit.
Setelah memiliki ilmu yang cukup perintah pertama dari Sunan Bonang untuk Sunan Kali Jaga adalah meminta maaf kepada kedua orang tuanya. Karena karakter sunan Kali jaga adalah patuh, maka untuk pertama kali dalam beberapa tahun Ia beranjak pulang menuju rumahnya. Ketika Raden Sahid atau Sunan Kali Jaga pulang keadaan di kadipaten Tuban sudah sangat jauh berbeda, tidak ada lagi upeti yang membebani dan tidak ada lagi kelaparan. simak juga tentang sejarah para wali Allah di Tanah Jawa
Dalam catatan sejarah para wali di Nusantara, sunan Kali Jaga bertugas untuk menyebarkan ajaran Islam di sekitar Tuban. Raden Sahid menikah dengan Dewi Sarah salah satu putri dari sunan Gunung Jati. Dari pernikahannya sunan Kali Jaga dikaruniai tiga orang anak:
- Raden Umar Said yang kelak dikenal dengan nama Sunan Muria
- Dewi Rukayah
- Dewi Sofiyah
Posting Komentar untuk "Sejarah Para Wali Di Nusantara: Dari Begal Menjadi Wali"