Sejarah Kehidupan Sunan Kalijaga dan Syeh Siti jenar
alhuda14.net - Sejarah Kehidupan Sunan Kalijaga dan Syeh Siti jenar-Kamu pasti sering mendengar kata sunan kali jaga, hari ini kita ikut bekerja untuk . Hal apa saya yang harus disiapkan untuk Tugas hari ini. Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1450 M, Ia memiliki nama asli Raden Said. Ada juga nama lain dari Sunan Kalijaga diantaranya yaitu Syekh Malaya dan Pangeran Tuban.
Sunan Kalijaga menikah dengan Dewi Saroh Binti Maulana Ishak dan memiliki 3 anak yang bernama Raden Umar Said atau Sunan Muria, Dewi Sofiah, dan Dewi Rakayuh. Ia merupakan Ayah dari Sunan Muria, dan kakak ipar dari Sunan Giri yaitu adalah adik dari Dewi Saroh. Ia dipercaya memiliki silsilah dan mengalir darah Arab dalam dirinya.
![]() |
Sunan Kalijaga |
Asal Mula nama Sunan Kalijaga
Nama “kalijaga” didapat dari kata “kali” yang artinya “sungai” dan kata “jaga”
yang artinya menjaga, jadi “kalijaga” artinya menjaga sungai. Hal ini bermula
dari sang guru, Sunan Bonang yang meminta Sunan Kalijaga untuk semedi dan
menjaga tongkatnya yang ditancapkan di sebuah sungai hingga Sunan Bonang
datang. Semedi dilakukannya selama 3 tahun. Sejak itulah itulah Ia disebut Sunan Kalijaga. Dari semedinya Ia
memperoleh banyak pelajaran dari Guru tentang kehidupan, agama dan dakwah.
Sunan Kalijaga sebelum menjadi Ulama, Ia memang terkenal sangat bijaksana dan tenang. Ia adalah seorang perampok spesialis mencuri hasil bumi. Sejak remaja Ia sangat jago silat dan bela diri, namun digunakan untuk merampok, bertarung dan menganiaya orang. Karena hal ini, maka Ia diusir oleh keluarganya. Kemudian Ia pun tinggal di Hutan Jatisari.
Tak jera diusir oleh keluarganya, ia tetap hidup sebagai perampok dan begal. Terkadang Ia pun mencuri hasil panennya di lumbung, atau mendatangi orang-orang kaya. Namun hasil rampokannya selalu ia bagikan untuk orang miskin yang membutuhkannya.
Suatu ketika, Sunan Kalijaga ingin ikut memperebutkan tongkat Sunan Bonang yang tak sengaja ditemui di sebuah hutan. Tongkat Sunan Bonang yang terbuat dari emas langsung membuat mata Sunan Kalijaga silau yang ingin mendapatkannya untuk dijual dan uangnya akan dibagi-bagikan kepada rakyat miskin.
Sunan Bonang mempertahankan tongkatnya sambil menyadarkan Sunan Kalijaga atas semua perbuatannya, sehingga kemudian Sunan Kalijaga menjadi murid Sunan Bonang.
Cara Berdakwah Sunan Kalijaga
Setelah semedi, Ia mulai berdakwa dengan menggunakan media seni sebagai pelengkap
dakwahnya agar lebih mudah penyampaiannya yaitu lewat seni musik gamelan, seni
wayang kulit, seni suara, dan seni ukir. Ia menyebar agam islam dengan
dakwah di sekitar wilayah desa
pamanukan, Cirebon, dan sekitarnya.
Wayang kulit menjadi sarananya dalam berdakwah. Sehingga Sunan Kalijaga mendapat julukan dalang
dari berbagai daerah. Sementara makannya pun juga hebat dalam pendekatan secara
sosial, yaitu pendekatan bidang
pendidikan, politik, perekonomian dengan ikut memajukan revolusi alat-alat
pertanian.
Dari berdakwah banyak peninggalan bersejarah miliknya
seperti wayang, gamelang, tombak keris dan lain sebagainya.
Kisah Wafatnya Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah wali yang memiliki usia paling panjang, yaitu
tepatnya 131 tahun. Ia tutup usia dalam
keadaan jihad, karena sedang menjalankan tugas dalam mengajarkan agama Islam.
Ia sangat bahagia dan senag hati dalam berdakwah
melalui wayang kulit yang dapat menarik masyarakat masuk islam, hal inilah yang
membuat hidupnya awet dan jauh dari sakit. Menariknya untuk menyaksikan pertunjukannya,
Ia tidak mengharuskan penonton membayar tiketnya,namun harus melafalkan dua kalimat
syahadat.
Makam
Lokasi makam Sunan
Kalijaga adalah di Demak, tepatnya Desa Kadilangu. Kota ini menjadi salah
satu tempat wisata religi yang membuat banyak peziarah ke makamnya untuk berdoa
dan mendapatkan karomah yang berupa ilmu-ilmu Sunan yang sangat luar biasa.
Riwayat Kehidupan Syeh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar mempunyai nama asli Raden Abdul Jalil , ia terkenal sebagai Sunan Jepara,. Ia merupakan tokoh yang dianggap sebagai sufi dan salah seorang penyebar agama islam di Pulau jawa, terutama di Kabupaten jepara.
Cerita mengenai kematiannya dan juga
makamnya tidak diketahui pasti, karena banyak versi yang simpang siur mengenai
dirinya hingga menutup mata. Lebih menarik dari Sunan Kalijaga.
Ajaran Syeh Siti Jenar
Ajarannya yang terkenal yaitu Manunggaling
Kawula Gusti (yaitu bahasa jawa dari wahdatul wujud). Ada yang mengangap bahwa ajarannya itu sesat
oleh sebagian umat islam namun ada pula yang setuju dengan ajarannya tersebut. Ajaran lainnya tertuang
pula pada karya sastra yang
disebut Pupuh yang dikarangnya
sendiri, yang mengandung budi
pekerti.
Ajaran cara hidup sufi Syekh Siti
Jenar dibilang berlawanan dengan ajaran Walisongo. Perbedannya terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang
dilakukan oleh wali songo atau sunan
kalijaga.
Syaikh Siti Jenar adalah masih
keturunan Rasulullah SAW. Ia menyebarkan agam islam di daerah jepara maka ia
mendapat gelas Sunan Jepara, Ia tinggal di Dusun Lemah Abang, Kecamatan Keling.
Ajarannya mengenai hidup dan mati sungguh kontroversial,
Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syariat itu. Syekh Siti Jenar
percaya jika hidup manusia di dunia adalah kematian. Sedangkan kematian baginya
, yaitu awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi olehnya.Sunan Bonang mempertahankan tongkatnya sambil menyadarkan Sunan Kalijaga atas semua perbuatannya, sehingga kemudian Sunan Kalijaga menjadi murid Sunan Bonang. menolak hal tersebut.
Kehidupan Syeh Siti Jenar
Ia pernah bersekolah di Persia dan
tinggal di Baghdad selama 17 tahun. Ia belajar dengan mullah Syiah Muntadhar
(Syiah Imamiyah) dan mempelajari banyak pengetahuan agama. Ia sangat berminat
mempelajari ilmu tasawuf dan berusaha mendalaminya.
Kehidupannya yang
telah mendapat banyak pengaruh dari ilmu Bagdad membuatnya menyatakan pandang
pandangannya yang kontroversial. Hingga suatu waktu ada sejarah yang menyatakan
bawha Syeh Siti Jenar harus dihukum mati. Sunan
Kalijaga pun terkejut karena akan dimutilasi mayat pria tersebut.
Cerita awal
kematiannya yaitu, saat Prabu Satmata memanggil delapan wali untuk datang, di istana Argapura. Mereka menyampaikan pandangan
masing-masing, hingga giliran Syeh Siti Jenar berkata penggalan kalimat yang
membuat , semua orang berfikiran, Ia adalah orang pengikut aliran qadariyah menyamakan Allah dengan dirinya , serta pemahaman yang sesat.
Syeh Siti Jenar berkata bahwa biar
jauh adalah benar dan yang dekat belum tentu benar.Itulah pembelaannya, karena
Prabu Satmata hendak menghukumnya mati karena hal ini supaya prinsip ajaran
Syeh Siti Jenar yang salah jangan sampai tersebar, Sunan Kalijaga
menyetujui hal itu.
Pertemuan kedua diadakan untuk
menghakimi tindakan Syeh Siti Jenar.
Yang akhirnya ia harus dihukum mati. Begitu pula tiga orang sahabatnya
yang mempercayai syeh siti jenar.
Berselang tiga hari, Prabu Satmata menyaksikan jasad Siti Jenar masih
sama dengan sedia kala Ia juga dengar suara Siti Jenar mengucapkan salam dan
selamat tinggal, lalu menghilang.
Ada sejarah yang menyatakan pula
bahwa Ia dihukum mati bukan karena ajarannya, namun karena alasan politik. Sunan Jepara kemudian dimakamkan di Jepara,
di samping makam Sultan Hadirin dan Ratu kalinyamat. Sama dengan Sunan
Kalijaga, iya sangat bertanggung jawab dan mau menolong sesama.
Salah satu murid didikannya yaitu
Joko tinggir yang berperan dalam penyelesaian konflik antara proyek besar
Negara Islam di Bintoro dan Glagah Wangi.
Hal ini membuat nama Raden Abdul Jalil yang harum kembali.
Demikianlah biografi kisah kehidupan
Sunan Kalijaga dan Syeh Siti Jenar, semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Sejarah Kehidupan Sunan Kalijaga dan Syeh Siti jenar"