Riwayat Sejarah Sunan Bejagung
alhuda14.net - Riwayat Sejarah Sunan Bejagung. Pernah dengar kata Tuban , Ada makam Sunan Bejagung yang banyak dikunjungi peziarah untuk memohon berkah. Tahukah kamu siapa Sunan berjagung, akan di bahas sebagai berikut ini.
Sunan bejagung memiliki nama Asli, Sayyid Abdullah Asy’ari bertinggal di Desa Bejagung, Sunan Bejagung Lor Tuban, setelah meninggal makam nya di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding (2 Km kearah selatan kota Tuban) yang sekarang disebut Sunan Bejagung.
![]() |
Sejarah Sunan Bejagung |
Kehidupan Sunan Bejagung
Putra
Majapahit memilih menjadi santri Sunan Bejagung dan pergi dari istana karena adanya perebutan kekuasaan antara dua
bersaudara Pangeran Wirabumi dan Putri Kusuma Wardani, lalu merubah namanya
menjadi Hasyim Alamuddin, lalu lebih populer dengan gelar santrinya Pangeran
Penghulu.
Dikatakan
Kiai Matin, disebabkan mempunyai
kemampuan yang katanya telah setara dengan Sunan Bejagung, akhirnya tugas
dakwah di Kasunan Bejagung diberikannnya untuk Pangeran Penghulu. Itu merupakan
penghargaan tertinggi Sunan Bejagung
untuk putra mantunya.
Setelah
semua tugas dakwah diberikan untuk menantunya,
Sunan Bejagung lalu ingin uzlah (pindah) ke perdikan Bejagung Lor hingga
menutup mata. “Peziarah berdatangan untuk melakukan rialat, namun harus berawal
dari makam Bejagung Kidul. Walaupun secara pribadi makam kewaliannya lebih
tinggi dari Bejagung Lor,” kata Kiai Matin.
Yang
dijalankan Sunan Bejagung seperti
jejak Rasulullah s.a.w. ketika mempunyai
menantu Sayyidina Ali. Sabda Rasulullah dan memiliki arti yaitu ibarat saya
yaitu kotanya ilmu, sementara Ali adalah pintunya. Maka barangsiapa akan menuju
kota hendaklah melalui pintu kota).
Sunan
Bejagung memiliki nama asli Maulana
Abdullah Asy'ari adalah Ia adalah putra
dari Sayyid Jamaluddin Al Kusaini Al Kubro yang terkenal dipanggil Syech
Jumadil Kubro. Ia adalah keturunan dan generasi Wali Songo bersama kakak
kandungnya Syech Maulana Ibrahim Asmoro Qodhi yang kelak lebih populer disebut
Sunan Gresik.
Tuban
adalah rumah terakhir bagi Sunan
Bejagung, untuk berdakwah
menyebarkan Islam di Kadipaten (sekarang kabupaten) Tuban dari ayahandanya
Syech Jumadil Kubra setelah kejayaan kerajaan Pasai runtuh.
Dan
di bumi Tuban itu pula jasad nya disemayamkan, sehingga bumi kabupaten ini
kondang dengan sebutan Bumi Wali. Maulana Ibrahim Asmoro Qodhi (Sunan Gesik)
makamnya ada di Desa Gesikharjo,
Kecamatan Palang,yang letaknya yaitu 5
km arah timur kotaTuban. Sementara Syech Asy’ari dimakamkan di tlatah Bejagung,
tempat dia berdakwah dengan kelembutan
dan kebersahajaan.
Dibalik Karomah Sunan
Bejagung
Penyebaran
Agama Islam oleh Sunan Bejagung. di kabupaten Tuban juga berperan seorang ulama yang
bernama Syekh Abdullah As’ari (Sunan Bejagung Lor). Syekh Abdullah As’ari
mempunyai visi misi untuk memperkenalkan agama Islam ke tanah Jawa dari
ayahandanya yang bernama Syekh Maulana Ibrahim Asmara bin Sayyid Jamaludin Al
Khusaini Al Kubra atau terkenal dengan panggilan Syekh Jumadil Kubra.
Setelah
kerajaan Pasai meredup di abad ke-14 Masehi, empat orang ulama besar melakukan
siar agama Islam ke tanah Jawa. Ia adalah Syekh Abdullah As’ari. Yang tetap di Tuban
untuk tinggal dan menyebarkan Agama Islam hingga beliau wafat. Hingga di makamkan di Desa Bejagung, Kecamatan
Semanding, Kabupaten Tuban. 1 km ke arah selatan dari pusat kota Tuban.
Semasa
dakwah nya Sunan Bejagung di Tuban,
banyak situs-situs bersejarah, peningalan Sunan Bejagung Lor. Hingga kini masih
terawat. Salah satunya adalah adalah masjid tua yang berada di komplek makam
bagian depan.
Bagian
tempat imam masjid dan ruang tengah masjid adalah bangunan asli sejak Masjid
Agung Sunan Bejagung Lor, bangunan ini dibuat tahun 1314 Masehi. Masjid ini
juga sangat keramat, karena biasanya
masjid ini sering digunakan untuk melakukan sumpah pocong.
Lalu,
ada peninggalan sejarah yang berbentuk dua Cungkup Penadzaran yang ada di
tengah jalan setapak menuju makam Sunan
Bejagung Lor. Cungkup sering dimanfaatkan oleh warga sekitar atau peziarah
untuk mewujudkan nadzarnya. Yaitu berupa
penyembelihan kambing atau lembu di san. Untuk sarana sedekah kepada sesama
umat manusia.
Bila
menjalankan penadzaran di cungkup itu, maka para penadzar hanya memberikan bumbu
dapur lengkap, beras untuk tumpeng, dan hewan yang disembelih. Semua proses dilaksanakan
oleh pembantu juru kunci yang disebut mrebot mulai dari menyembelih, memasak,
hingga memanggil warga sekitar untuk kenduren di tempat tersebut.
Proses
penadzaran dilaksanakan disana, sebab jika prosesnya dilakukan di tempat lain,dikhawatirkan
darah dan tulang hewan yang disembelih bisa berantakan dimana mana. Di cungkup
itu penyembelihan dan memasak hewan nadzar dilakukan, maka para Mrebot siap
untuk mengelola dan mengumpulkan segala sisa-sisa upacara penadzaran, dijadikan
satu, lalu dikubur di sekitar kompleks pemakaman Sunan Bejagung Lor.
Sebagai
wujud hormat kepada penadzar, terhadap petuah Sunan Bejagung Lor dan para
penadzar, maka masyarakat diwujudkan dengan tidak menjual nasi di sekitar
Padepokan Sunan Bejagung Lor.Hingga kini, masyarakat Bejagung dan sekitarnya
masih percaya, dan petuah itu sangat melekat. Hal itu terbukti tidak ada kedai
warung nasi di sekitar makam Sunan Bejagung. Baik di makam Sunan Bejagung Lor.
Makam Sunan Bejagung
Makam
Sunan Bejagung terletak di Desa
Bejagung, Kecamatan Semanding. Sebuah tanah perdikan yang kering dan juga
berbatu yang ada di wilayah Kabupaten Tuban. Dari pusat kota yang disebut
sebagai Bumi Ronggolawe yang memiliki
jarak sekitar satu kilometer arah selatan, atau berada di satu jalur dengan
objek wisata pemandian Bektiharjo.
Situs
wisata religi ini sangat dipercaya dan keramat orang, karena Sunan Bejagung
dikenal sebagai penyulut pelita dan muadzin di Masjidil Haram. Hanya Sunan
Bejagung yang dapat menjalankan tugas itu. Dan,sangat luar biasa, saat waktu
manjing (masuk) shalat isya’ tiba, Sunan Bejagung telah berada berada di tengah
ratusan santrinya menjadi imam shalat.
Padepokan
Sunan Bejagung Lor yang sekarang jadi
kompleks pemakaman Sunan Bejagung Lor, dibuat dengan bangunan gapura yang
kecil, rendah, dan sempit memperikan pesan agar seluruh santrinya untuk selalu
menunduk. Yang dimaksudkan agar selalu sopan berperilaku, kesantunan dalam
berbahasa, tawaduk, dan mawas diri.
Di
sebelah Selatan makam Sunan Bejagung Lor ada peninggalan yang juga
dikeramatkan.. Salah satu memiliki estetis dengan situs-situs lainnya. Situs
yang berada di sebelah selatan makam Sunan Bejagung Lor tersebut adalah
sumur Wali yang sudah ada sejak ribuan tahun. Yang memiliki kedalaman 40 meter.
Banyak masyarakat dan peziarah yang mengambil air dari sumur ini. Selain itu
sumur ini tidak pernah kering.
Demikianlah
Riwayat dan biografi dari Sunan Bejagung, semua kebaikannya dan
juga ilmu nya bisa menjadikan teladan bagi kita semua umat manusia. semoga artikel
ini bisa memberi inspirasi bagi Anda dalam kehidupan, dan semakin bertaqwa.
Posting Komentar untuk "Riwayat Sejarah Sunan Bejagung"