Perjalanan Sejarah Sunan Ampel Dengan Kebijaksanaannya Dalam Menyebarkan Agama Islam
alhuda14.net - Perjalanan Sejarah Sunan Ampel Dengan Kebijaksanaannya Dalam Menyebarkan Agama Islam tentunya menjadi catatan penting bagi umat Islam. Satu dari sembilan anggota walisongo yang namanya identik dengan nama tempat saat ia bermukim. Tempat ini bernamakan daerah Ampel atau Ampel Denta (kota Wonokromo saat ini). Pada masa kecilnya, dikenal dengan nama Raden Rachmat. Beliau putra tertua dari Syekh Maulana Malik Ibrahim dan lahir pada tahun 1401 Masehi.
Dilahirkan
dari keluarga bangsawan, lantas tak membuat diri seorang Sunan Ampel untuk
berfoya-foya atau bahkan riya sedikit pun. Figur diri beliau sangat agamis,
bijak, berwibawa dan simpati terhadap masyarakat. Beberapa catatan literatur
telah menceritakan sejarah panjang bahwa dakwah Sunan Ampel mampu mengislamkan
masyarakat Jawa yang disaat itu dominan beragama Hindu. Hal ini karena dikenal
dengan pendekatan ajaran populernya beserta karamah yang dimiliki oleh beliau.
![]() |
Sejarah Sunan Ampel |
Sejarah Sunan Ampel Saat Mulai Berdakwah di Usia Muda
Semangat
jiwa muda yang sangat mengembara dalam jiwa Sunan Ampel mampu memberikan dampak
baik bagi agama Islam. Sejarah Sunan Ampel
ini dimulai saat ia berdakwah diumur 20 tahun. Raden Rachmat saat itu lahir dan
tumbuh di kota Champa, Kamboja. Beliau akhirnya memutuskan untuk berpindah ke
tanah Jawa, tepatnya di Surabaya dan mulai menyebarkan islam. Disaat itu,
Surabaya sedang berada dibawah kekuasaan Majapahit oleh Raja Brawijaya.
Pada
usia 20 tahun, Sunan Ampel sudah pandai dan mampu mendalami ilmu agama islam.
Bahkan dipercayai oleh Raja Brawijaya untuk mendakwahkan agama Islam di
Surabaya. Sunan Ampel ditugaskan untuk mendidik moral para bangsawan dan kawula
di kerajaan Majapahit. Beliau diberikan pinjaman oleh Raja berupa tanah seluas
12 hektar di Ampel Denta. Di tempat inilah nama beliau dikenal dengan Sunan
Ampel.
Sejarah Sunan Ampel dalam menggunakan metode dakwah dengan mendekati dan menyelaraskan
budaya yang terjadi di tengah masyarakat. Pengajaran dakwah yang penuh hikmah
dan tanpa ada sekali unsur paksaan didalamnya menjadi jalan cemerlang untuk
menyebarkan Islam. Saat itu Raden Rachmat membangun sumber-sumber air baru agar
sumber daya tidak habis dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sehingga,
masyarakat akan membutuhkan sumber air yang dibangun tersebut.
Metode
dakwah lainnya dengan mengislamkan Anasir Hindu yang merupakan aksi perwayangan
murni dari budaya Hindu. Beliau memberikan adaptasi kebudayaan perwayangan ini
dengan berpedoman pada cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pembawaan
keislaman. Hal ini dilakukan untuk mengganti pertunjukan wayang beber pada
cerita panji-panji (krebet) yang menjadi kegemaran masyarakat pada masa itu.
Dakwah
yang dilakukan ini memberikan catatan Sejarah
Sunan Ampel yang paling penting diingat. Beliau mengislamkan Syiwa-Buddha,
karena didapati ajaran tersebut memiliki sejumlah kesamaan dengan ajaran Islam.
Sehingga dengan langkah yang tepat penggunaan istilah dari bahasa Sansekerta
pada Syiwa-Buddha dilakukan penggantian menjadi bahasa Arab.
Di
daerah Ampel Denta yang dihadiahkan oleh Raja Brawijaya, ia pun membangun
sebuah pondok pesantren. Ia perlahan-lahan merangkul masyarakat disana. Dan
tibalah sekitar abad ke-15 pondok pesantren menjadi sentra pendidikan yang
sangat berpengaruh di wilayah Nusantara hingga Mancanegara. Bibit-bibit santri
didikannya pun seperti Sunan Giri dan Raden Patah disebarkan untuk berdakwah ke
berbagai pelosok Jawa dan Madura.
Lahirnya
kerajaan Demak di Pulau Jawa pun menjadi salah satu perjalanan Sejarah Sunan Ampel. Beliau menikah
dengan seorang putri Adipati berasal dari Tuban dan dikaruniai putra dan puteri. Diantara
penerusnya bernamakan Sunan Drajat dan Sunan Bonang. Sunan Ampel saat itu
menunjuk muridnya yang bernama Raden Patah untuk menjadi Sultan Demak pada
tahun 1475 M.
Penekanan
pengajaran yang dilakukan oleh Sunan Ampel diutamakan dalam penanaman akidah
dan ibadah. Beliaulah yang memperkenalkan ajaran populer yang disebut “Moh
Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Nilai-nilai
islam yang ditanamkan oleh Sunan Ampel yaitu nilai kesabaran, keikhlasan,
kerendah-hatian, keadilan, rukun, rilo, kesederhanaan, ojo dumeh, dan sebagainya.
Hal ini menjadi tolak ukur kemasyuran akhlak untuk masyarakat majapahit saat
itu.
Salah satu alat keagamaan yang identik dengan Islam, menjadi salah satu
upaya dari Sejarah Sunan Ampel.
Beliau mengubah tradisi dan kebiasaan dengan adanya bedug maupun kentongan yang
sering dijumpai di masjid atau mushola. Usaha menyebarkan Islam tidak dilakukan
sendirian. Sunan Ampel menugaskan putra dan kerabat lainnya
untuk mendakwahkan islam di pulau Jawa.
Usaha
lainnya yang dilakukan oleh beliau adalah
dengan menyeleraskan istilah peribadatan dari bahasa setempat. Misalnya
istilah sembahyang untuk mengganti sholat, pasa untuk mengganti puasa, langgar
untuk mengganti mushola, dan sebagainya. Bahkan nama Allah SWT diberi
penyebutan pangeran, serta sebutan kanjeng di depan nama Nabi Muhammad SAW yang
bermakna junjungan untuk nabi.
Dalam
membangun Islam lebih terkenal luas lagi, Raden Rachmat mendirikan sebuah
masjid besar dan tertua di Indonesia. Masjid ini merupakan perjalanan panjang
akhir dari sejarah Sunan Ampel. Masjid
ini bernamakan Masjid Sunan Ampel dan didirikan pada tahun 1421 di dalam
wilayah kerajaan Majapahit. Masjid yang dirancang dengan arsitektur Jawa Kuno
dan diserasikan dengan nuansa Arab yang kental.
Kebijaksanaan Dakwah dengan Ajaran Populer Beserta Karomahnya
Kepercayaan
Raja Majapahit untuk menunjuk Sunan Ampel dalam membenahi moral masyarakat saat
itu mampu dilakukan olehnya. Masalah moral yang dilakukan oleh masyarakat Jawa
saat itu dengan melakukan ritual Bhairawa Tantra. Ritual ini berisikan acara
ritual sekelompok orang laki-laki atau perempuan yang melakukan mabuk-mabukan
bahkan dalam kondisi telanjang dan seks bebas.
Akhirnya,
Raden Rachmat mengeluarkan ajarannya yang disebut “Moh Limo” itu untuk
merekontruksi moral masyarakat. Moh Limo ini merupakan ajaran yang serupa
dengan nilai agama Islam. Moh Limo ini diterjemahkan memiliki arti tidak mabuk,
tidak konsumsi narkoba, jangan mencuri, jangan judi, dan jangan berzina. Ajaran
ini menjadi ajaran yang populer dalam perjalanan Sejarah Sunan Ampel.
Sejarah
kuno mencatat, bahwa Sunan Ampel telah disebutkan memiliki kesaktian atau dalam
Islam disebut dengan karomah. Salah satu kesaktian beliau adalah dengan
menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal. Hal ini dibuktikan dengan
hadirnya kembali murid kesayangan beliau yang bernama Mbah Sholeh. Sunan Ampel sangat bersedih dan
gelisah ketika Mbah Sholeh meninggal. Sosoknya sangat rajin dan taat serta
selalu cinta kebersihan, terutama kebersihan masjid.
Suatu
ketika, Raden Rachmat berucap, “Kalau saja Mbah Sholeh masih hidup, pasti
Masjid ini akan selalu bersih.” Tak disangka, ternyata ucapan beliau benar dan
menjadi nyata. Keesokan harinya, masjid terlihat sangat bersih dan kinclong.
Seolah-olah mereka merasakan kembali hadirnya Mbah Sholeh. Kejadian dalam sejarah sunan ampel ini sangat
mengejutkan.
Masyarakat
saat itu meyakini kalau pembersih masjid itu benar-benar Mbah Sholeh. Namun,
dengan seiring waktu ia pun meninggal. Sunan Ampel kembali mengulangi ucapannya
sebanyak sembilan kali. Dan pada akhirnya, ketika Sunan Ampel meninggal
kehadiran Mbah Sholeh pun tak nampak lagi. Namun, kejadian ini memiliki dua
keyakinan. Ada yang menduga bahwa sosok yang hadir hanya rupa Mbah Sholeh yang
sudah tiada. Namun, banyak yang meyakini bahwa ini kesaktian dari sunan Ampel.
Itulah catatan perjalanan ringkas dari Sejarah Sunan Ampel dalam menyebarkan agama Islam. Hendaklah kita sebagai umat muslim mengingat kembali sejarah pergerakan islam, salah satunya di Pulau Jawa. Sunan Ampel diperkirakan wafat tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di bagian barat Masjid Ampel.
Posting Komentar untuk "Perjalanan Sejarah Sunan Ampel Dengan Kebijaksanaannya Dalam Menyebarkan Agama Islam"