Mengenal Sejarah Sunan Pojok Blora dan Silsilahnya
alhuda14.net - Sejarah sunan pojok blora selama ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat banyak. Sunan Pojok Blora bernama asli pangeran Surobahu Abdul Rohim. Ayahnya bernama Kyai Ashari Sunan pejagong Tuban. Selain sebagai panglima perang kerajaan Mataram beliau juga berjasa besar dalam penyebaran agam islam. Selama hidup beliau setia mengabdikan diri pada pemerintahan kerajaan Mataram.
Selain
sebagi seorang panglima perang yang berasal dari Mataram atau Yogyakarta beliau
juga adalah seorang Adipati Tuban. Beliau juga sangat dikenal dalam menyebarkan agama Islam khususnya di
Wilayah Blora. Jejak sejarahnya dapat dilihat
dari peninggalannya yaitu masjid agung
baitunnur Blora. Untuk lebih dalam mengenal beliau berikut ulasan sejarahnya.
Yuk kita simak.
![]() |
sejarah sunan pojok blora |
Silsilah Dalam Sejarah Sunan Pojok Blora
Dalam sejarah sunan pojok blora juga dikenal dengan 4 nama
panggilan yaitu Mbah Benun, pangeran Sedah, Syeh Abdurrohim dan Pangeran
Surobahu. semasa kecil bernama pangeran
Surobahu. Mempunyai silsilah mbah Benun wali pojok Blora bin Pangeran
Ronggo Sedayu, bin panembahan marengat bin Pangeran
Singabarong.
Pangeran Pojok
merupakan putra dari pangeran Ronngo Sedayu. Sedangkan pangeran Ronngo Sedayu
ini adalah putra dari panembahan marengat, beliau ini putra dari pangeran
Singabarong. Sedangkan pangeran Singabarong ini merupakan menantu dari sunan Kudus. Beliau dikenal juga
dengan pangeran Djafar Sodiq.
Pangeran Djafar sodiq sendiru adalah putra
sunan Ngudung atau raden Usman Haji.
Sunan Ngudung
merupakan putra dari ratu Fatimah dan Kholifah
Husein. Ratu Fatimah sendiri adalah putrinya sunan Ampel.
Sedangkan Kholifah Husein ini adalah putra dari Raden Aryo Bariben. Beliau ini adalah seorang menantu cucu yang ke 13 dari Raden Brawijaya seorang Raja Majapahit. Dengan demikian
silsilah sejarah sunan pojok blora
mempunyai hubungan erat dengan kerajaan Majapahit.
Sejarah Sunan Pojok Blora
Beliau adalah salah
seorang yang sangat berjasa dalam mengusir penjajahan Belanda. Terutama yang
berada di wilayah pesisir utara pulau Jawa.
Sebagai seorang panglima perang beliau
juga telah membuktikan
kiprahnya atas sebuah kemenangan atas VOC pada 20 November 1926
kepada Sultan Agung Hayokrokusumo.
Dalam sejarah sunan pojok blora, kemenangan ini membuktikan bahwa perlawanan yang
dilakukan sunan Pojok dalam melawan VOC di Batavia tidaklah sia-sia. Karena perjuangan
yang dilakukannya merupakan satu-satunya
kemenangan dalam peperangan melawan VOC.
Dalam sejarah sunan pojok blora disebutkan bahwa atas prestasi kemenangan beliau dalam
berperang melawan VOC kemudian sunan Pojok diangkat menjadi seorang Adipati
Tuban yang terkenal welas asih. Sebagai Adipati Tuban beliau diberi gelar
Pangeran seda pada tahun 1619 Masehi. Beliau memerintah Kadipaten Tuban ini
selama 32 tahun.
Selama memangku
jabatan sebagai Adipati Tuban sunan Pojok Blora banyak melakukan penumpasan
atas kerusuhan yang terjadi di wilayah Tuban. Beliau dibantu oleh 500 prajurit
kerajaan Mataram akhirnya mampu menumpas kerusuhan akibat adanya pemberontakan.
Kerusuhan tersebut
banyak terjadi akibat beberapa Adipati yang membelot dan memberontak
diantaranya Adipati Lasem, Sumenep, Pasuruan dan yang lainnya. Selain itu
Karena Tuban juga merupakan salah satu wilayah jajahan VOC yang selalu berusaha
memperluas daerah jajahannya. Kadipaten Tuban saat itu belum menjadi bagian dari
jajahan VOC.
Selain berhasil
menumpas kerusuhan di sekitar wilayah Tuban, sunan pojok juga mempunyai banyak
prestasi gemilang. Diantaranya menaklukkan daerah daerah yang menjadi penjajahan
VOC. Seperti daerah Pati, Surabaya, Pasuruan dan masih banyak daerah lainnya
yang ditaklukkan. Semua daerah tersebut menjadi saksi perjalanan sejarah sunan pojok blora dalam melawan
penjajah.
Setelah
32 tahun memerintah sebagai Adipati Tuban beliau menyerahkan
kembali jabatannya kepada Sultan Mataram Amangkurat satu atau sunan Tegal Arum.
Kemudian jabatan Adipati Tuban tersebut oleh sunan Tegal Arum diserahkan kepada
adik sunan Pojok yaitu pangeran Anom.
Sunan
pojok Blora sendiri kemudian menetap di Blora. Hingga
kemudian di kadipaten Blora inilah sunan Pojok dikaruniai tiga orang putra yaitu pangeran Kleco, pangeran Sumodipo dan Pangeran
Dipoyuda. Dari ketiga putra sunan pojok ini salah
satunya kelak menjadi Adipati Blora.
Peran beliau sangat
besar dalam memajukan Blora hingga menjadi sebuah kadipaten. Hingga saat ini beliau dikenal
dalam sejarah sunan pojok blora sebagai
seseorang yang mempunyai peranan penting dengan lahirnya kadipaten Blora. Sekarang
kadipaten Blora ini telah menjadi kabupaten Blora.
Melihat
perkembangan Blora yang yang berkembang pesat telah menjadi perhatian sultan
Mataram Amangkurat 1. Atas inisiatif Sultan Mataram tersebut, Blora kemudian
dijadikan sebagai kadipaten tersendiri yang terpisah dari kadipaten Tuban. Kadipaten baru ini kemudian dipimpin oleh putra sunan
Pojok yang bernama Adipati Raden Mas Joyodipo.
Sebagai
Adipati Blora beliau diberi gelar Raden Tumenggung Joyo Wiryo atau dikenal juga
dengan Tumenggung Jatiwiryo. Selanjutnya
Adipati Joyodipo ini digantikan oleh menantu beliau yang bernama Raden
Tumenggung Joyokusumo sebagai Adipati Blora yang kedua.
Akhir Sejarah Sunan Pojok Blora
Setelah berhasil
menumpas semua kerusuhan sunan Pojok kembali ke Mataram untuk melaporkan
keberhasilannya kepada sultan Agung Hanyokrokusumo. Setelah kepulangannya dari
mataram beliau merasa sangat kelelahan yang mengakibatkan beliau jatuh sakit.
Beliau dirawat oleh anaknya yang yang mempunyai sifat sama seperti beliau untuk
selalu patuh dan taat terhadap perintah sultan Agung.
Setelah beberapa
lamanya sunan pojok jatuh sakit akhirnya beliau meninggal dunia. Kemudian
beliau dimakamkan di desa pojok kecamatan banjarejo Kabupaten Blora. Makam
sunan Pojok letaknya sangat strategis berada di dekat alun-alun tepatnya berada
di jantung Kota Blora. Demikian juga
makam anak dan menantunya yang pernah menjadi Adipati Blora, keduanya
dimakamkan dekat dengan sunan Pojok.
Selain kedua makam
anak dan menantunya, di situ juga jasad prajurit perang sunan Pojok yang setia dimakamkan.
Kawasan pemakaman sunan Pojok sangat asri. Sebagian masyarakat baik dari dalam
maupun luar kota tidak pernah berhenti untuk datang dan menziarahi makam beliau
di Kota Blora. Selain itu mengunjungi masjid sebagai peninggalan sejarah sunan pojok blora.
Apalagi kalau hari
Jumat makan selalu ramai dikunjungi. Demikian juga setiap tanggal 27 Suro yang
merupakan tanggal kelahiran beliau. Biasanya diadakan haul sebagai bentuk
penghormatan atas semua jasanya dalam penyebaran agama Islam khususnya di Kota
blora.
Dalam sejarah sunan pojok blora semasa
hidupnya dalam menyebarkan Agama islam sunan Pojok dikenal oleh masyarakat
sebagai orang yang sangat welas asih dalam berdakwah. Meski berbagai jabatan
telah disandangnya mulai sebagi Adipati hingga menjadi panglima perang namun
beliau lebih memilih berdakwah.
Peninggalan Sejarah Sunan Pojok Blora
Dalam perjalanan sejarah sunan pojok blora sebagai
sesepuh pendiri cikal bakal Kota Blora. Selain meninggalkan bukti sejarah yaitu
masjid Baitun Nur sunan Pojok juga memiliki banyak karomah baik yang sifatnya
umum maupun khusus. Beberapa karomah ini diantaranya sebagai berikut
- Sunan Pojok selalu menjalankan pemerintahannya dengan berpedoman kepada Alquran dan Hadis Rosulullog. Beliau mengajarkan ilmu ulama untuk memberikan bimbingan kepada masyarakat sebagai petunjuk kebenaran untuk meninggalkan kebathilan.
- Ketika sunan Pojok sedang beristirahat di bawah pohon nangka dan daerah itu belum mempunyai nama maka beliau memberi nama daerah tersebut desa karangnangka. Kemudian karena daerah tersebut masih berupa hutan sehingga para prajuritnya nasak-nasak maka diberinya nama desa sasak. Selanjutnya beliau beserta robongan menyeberangi sungai maka daerah tersebut diberinya nama kaliwangan.
Demikian sejarah sunan pojok blora dalam membela tanah air dan menyebarkan
agama Islam khususnya di wilayah Blora, semoga bermanfaat.
2 komentar untuk "Mengenal Sejarah Sunan Pojok Blora dan Silsilahnya"