Kitab Sejarah Para Wali Beserta Sepenggal Kisahnya
alhuda14.net - Kitab Sejarah Para Wali - Haruslah dimiliki dan dipahami oleh umat muslim di dunia khususnya di Indonesia. Karena dari kitab ini, Anda bisa mengetahui berbagai kisah para wali yang berperan besar menyebarkan agama Islam di muka bumi.
Wali
yang ada dan tercatat pada kitab tersebut sangatlah banyak yaitu 689 biografi
para wali yang menyebarkan Islam di dunia dan pada akhirnya menyebar di tanah
Nusantara. Salah satu kitab yang lengkap membahas para wali ini adalah Hilyat
Al-Auliya’ Fi Thabaqat Al-Ashfiya’. simak juga tentang
Kitab
sejarah para wali terdiri dari 12
jilid dan termasuk yang paling lengkap saat ini. Jadi, Anda dapat mengenal para
wali Allah ini dengan baik jika mengoleksi kitab ini. Sejarah para wali ini sangatlah
panjang jika dibahas satu per satu. Oleh karena itu, hanya kisah dan sejarah
beberapa wali saja yang dipaparkan pada artikel ini.
Kitab sejarah para wali |
Kitab Sejarah Para Wali Beserta Sepenggal Kisahnya
Kisah Wali Allah Dan Penyakit
Pada
kitab sejarah para wali yang sama diceritakan bahwa salah satu
Waliyullah yang bijak dan memiliki ilmu tinggi. Salah satu kelebihan beliau
adalah dapat berkomunikasi dengan sesuatu yang tidak biasa dan kasat mata.
Salah satunya adalah wabah penyakit.
Menurut kitab tersebut Waliyullah yang alim nan bijaksana ini bertemu
langsung dengan wabah penyakit yang dinamakan Tho’un dan sedang berangkat ke
suatu tempat. Kemudian Wali pun balik bertanya “Kalian wahai-wabah penyakit
hendak akan kemana?”. “Kami sedang menuju Damaskus. Tujuan kami adalah
memberikan cobaan dan ujian kepada umat manusia di Kota tersebut dengan
menjangkiti penduduknya”, jawab sang wabah.
Wali
tersebut bertanya kembali “berapa kalian akan menetap di sana?”.
Wabah
menjawab “dua tahun”.
Waliyullah
melanjutkan pertanyaannya “Berapa banyak penduduk yang akan meninggal dan sakit
nantinya?”.
Wabah
menjawab kembali “seribu orang”. Kemudian wabah tersebut meninggalan Waliyullah
tersebut.
Beberapa
saat kemudian tersiar kabar menghebohkan. Dimana di Kota Damaskus terjadi wabah
hebat dan menjangkiti banyak orang. Penduduknya panik karena wabah ini karena
banyak orang yang terjangkit wabah tersebut dan banyak pula yang meninggal.
Selang
dua tahun kemudian, kisah yang tertera pada kitab sejarah para wali menyatakan
bahwa Wali Allah ini bertemu kembali dengan serombongan wabah yang sama pada
dua tahun sebelumnya. Wali yang alim dan bijaksana ini bertanya bagaimana
terjadinya penyebaran wabah penyakit di Damaskus lengkap beserta penduduk yang
terjangkit penyakit dan yang wafat.
Wabah
ini pun menjawab, bahwa jumlah penduduk yang meninggal mencapai 50 ribu jiwa.
Wali Allah inipun terheran-heran karena jumlah ini jauh melampaui dari yang
diceritakan wabah tersebut sebelumnya.
Menurut
kitab sejarah para wali ini, wabah tersebut memberikan pernyataan
tambahan bahwa yang meninggal disebabkan wabah ini sebanyak seribu orang. Akan
tetapi, 49 ribu lainnya meninggal karena takut melihat wabah penyakit tersebut.
Penduduk lainnya merasakan panik yang berlebihan sehingga hati dan semangat
mereka runtuh sehingga wabah ini mudah menyerang mereka dan menyebabkan jumlah
yang meninggal meningkat tajam.
Melalui
kisah dan sejarah Waliyullah di atas, Anda dapat mengambil hikmah bahwa
penyakit dan wabah ini dapat mempengaruhi psikologis manusia. Menurut Ibnu Sina
atau yang dikenal sebagai Avicenna di Negara Barat bahwa kepanikan merupakan
sebagian dari penyakit sedangkan ketenangan adalah separuh dari obat dan
kesabaran merupakan awal dari kesembuhan seutuhnya.
Wali Allah Yang Meninggalkan Tahta Dan Menjadi Hamba Allah Yang Setia
Kisah
yang tertera pada kitab sejarah para wali adalah Waliyullah bernama
Ibrahim bin Adham. Ibrahim bin Adham lahir di Pangran Balkh yang merupakan
tempat yang erat dengan lahirnya ajaran Buddha. Oleh karena itu, Wali satu ini
sering dikaitkan dengan Sidharta Gautama karena dalam hidupnya wali ini
mengalami perubahan besar dan mulai mencari pencerahan rohani layaknya kisah
Sidharta Gautama.
Kisah
beliau dipersingkat ketika dirinya mulai bergejolak dalam mencari pencerahan
rohani. Pada awalnya Ibrahim bin Adham adalah seorang raja yang sudah mengalami
berbagai peperangan. Namun, setelah melakukan peperangan sebanyak dua kali
dengan Nabi Khidir, wali ini mengalami perubahan total dalam hidupnya. Menurut
riwayat lainnya, Waliyullah ini kemudian meninggalkan semua tahta dan
kekayaannya dan melakukan perjalanan, merenung serta hidup zuhud.
Kitab
sejarah para wali ini kemudian
melanjutkan bahwa Ibrahim bin Adham melakukan perjalanan ke berbagai daerah
termasuk Syam. Selama perjalanannya beliau melakukan berbagai pekerjaan halal
agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Menurut riwayatnya, beliau juga
mengikuti beberapa peperangan dan akhirnya syahid ketika mengikuti ekspedisi
kedua saat melawan Kerajaan Byzantium masa itu.
Namun,
para ulama dan pakar sejarah muslim masih berdebat dimana letak makamnya.
Karena, kisah beliau tersebar di berbagai daerah layaknya sang legenda yang
dikenal di berbagai negara dan dekat dengan hati masyarakat. Kisah beliau
sangatlah banyak dan membekas di hati masyarakat bahkan sesame ulama besar
terdahulu. Salah satunya adalah kisah membeli kemiskinan.
Menurut
kitab sejarah para wali Waliyullah Ibrahim bin Adham bertemu dengan anak
laki-laki yang mengeluhkan kemiskinannya. Ibrahim kemudian berkata “Nak,
barangkali kamu belum membayar harga kemiskinan yang dihadapi sekarang?”.
Setelah itu laki-laki itu menjawabnya “Betapa mustahilnya yang Anda katakan,
mana mungkin ada orang yang membeli kemiskinan?.
Ibrahim
menjawab “Aku. Setidaknya aku telah memilih kemiskinan dengan harga kerajaan
dunia tersebut, dan aku akan tetap membeli kemiskinan tersebut walaupun
harganya mencapai seratus dunia.” Pernyataan inilah yang membuat beliau begitu
terkenal karena rela meninggalkan kekayaan dan kekuasaan di dunia demi menjadi
hamba Allah yang mulia. Beliau juga selalu merenung sepanjang waktu hanya untuk
lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kitab
sejarah para wali juga
meriwayatkan bahwa pada suatu waktu Ibrahim bin Adham bertamu ke Mekkah di
kediaman Ali Abdul Aziz bin Abi Rawab. Ibrahim datang dengan membawakan kantung
dari kulit biawak dan ia gantungkan disuatu tempat. Kemudian Waliyullah
tersebut meninggalkan kantung tersebut dan pergi thawaf.
Pada
waktu yang sama, ulama besar lainnya yang bernama Sufyan al-Tsauri datang
bertamu ke tempat Ali Abdul Azis. Sufyan terheran-heran dan penasaran dengan
kantung milik Ibrahim yang sedang tergantung tersebut. Kemudian Sufyan bertanya
kepada Ali Abdul Aziz “Siapakah pemilik kantung ini?. setelah itu jawaban dari
Ali “itu adalah yang dimiliki sahabatmu
Ibrahim bin Adham.”.
Sufyan
menjadi semakin penasaran dan memegang kantung tersebut. Ia memperkirakan
isinya adalah buah-buahan ataupun makanan. Namun, ketika dibuka Sufyan
al-Tsauri kaget karena isi kantung tersebut hanyalah tanah. Menurut kitab
sejarah para wali, Ali Abdul Azis menceritakan perilaku Sufyan kepada
Ibrahim dan menanyakan hal yang sama “Apakah isi kantung tersebut hanyalah
tanah Syekh?”.
Ibrahim
pun seraya menjawab “benar, itu merupakan makanan sejak sebulan yang lalu.” Ali
Abdul Azis pun terdiam dan tidak bertanya lagi. Ternyata Syekh Ibrahim bin
Adham ini sering memakan tanah karena khawatir akan makanan yang tidak halal
baik cara memperoleh ataupun zatnya sendiri. Sikap beliau yang cukup ekstrem
ini didasari kekhawatiran akan siksaan api neraka bagi umat yang memakan barang
haram tersebut. simak juga tentang
Kitab
sejarah para wali tentunya
memiliki ratusan bahkan ribuan kisah dan sejarah para Waliyullah besar di muka
bumi. Sejarah dan kisahnya haruslah diketahui umat muslim agar dapat meniru
perbuatan baik mereka sesuai syariat agama dan menghindari berbagai hal yang
dilarang oleh aturan Islam.
Posting Komentar untuk "Kitab Sejarah Para Wali Beserta Sepenggal Kisahnya"