Kisah Sejarah Sunan Drajat dalam Menghadapi Rintangan Ketika Menyebarkan Agama Islam
alhuda14.net - Kisah Sejarah Sunan Drajat dalam Menghadapi Rintangan Ketika Menyebarkan Agama Islam Pondok pesantren Sunan Kalijaga merupakan salah satu pondok pesantren yang terbesar di Indonesia. Jumlah santri yang terdapat di pondok pesantren tersebut dalam menimba ilmu yang berada di desa banjarwati Kecamatan Paciran yang mencapai ribuan siswa. Mereka semua dari berbagai macam penjuru di tanah air.
Nama dari Pondok Pesantren
tersebut diambil dari Salah satu wali songo yaitu Sunan Drajat. Walisongo atau sembilan wali ini merupakan para
ulama yang yang mereka semua menyebarkan agama Islam di nusantara, dan lebih
utamanya yaitu di pulau Jawa. Sunan Drajat sendiri lahir pada tahun 1740 M. Sunan
Drajat juga merupakan putra dari Sunan Ampel dengan istrinya yaitu Nyai Ageng Manila.
![]() |
Sejarah Sunan Drajat |
Keluarga Sunan Drajad
Menurut sejarah
Sunan Drajat, Ayah
dari Sunan Drajat sendiri yang bernama Raden Rahmat yang terkenal dengan nama
Sunan Ampel. Beliau merupakan
salah untuk pendakwah di daerah Ampel
Denta yaitu di Surabaya. Dan
sementara itu Ibu dari Sunan Drajat yaitu Nyai Ageng gede Manila. beliau sendiri
memiliki banyak nama panggilan yaitu diantaranya Candrawati, Putri Arya Teja IV.
Yang merupakan
seorang Adipati Tuban yang masih memiliki hubungan nasab dengan Ronggolawe.
ketika muda, Sunan Drajat terkenal dengan sebutan Raden Kasim. Raden Qosim merupakan
adik Nyai Patimah.
Sejarah dan Perjalanan Sunan Drajat
Yang artinya menurut sejarah Sunan Drajat tersebut nasab Sunan Drajat Sama halnya dengan
Sunan Bonang yang berasal dari Sunan Ampel yaitu berdarah campa-samarkand-Jawa
karena Sunan Ampel merupakan Putra Ibrahim asmarakandi.
Dakwah yang
dilakukan oleh Sunan Drajat atau yang sering
disebut dengan Raden kasim
awalnya dilakukan atas perintah dari Sunan Ampel. Yaitu berdakwah menuju ke pantai Pesisir Gresik,
yang hingga akhirnya beliau menetap di wilayah kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan. Sunan Drajat menempati wilayah tersebut dengan diantar oleh Sunan
Bonang.
Yang pertama-tama
menghadap kepada Sultan Demak untuk meminta izin dalam bertempat tinggal di
kawasan tersebut. Sultan Demak I bukan hanya mengizinkan untuk bertempat tinggal di tempat tersebut namun juga malah
memberikan tempat tersebut. Menurut sejarah Sunan Drajat keputusan yang diambil oleh pemerintah karena
pembukaan telah menetapkan 4 tahun kemudian yaitu pada tahun 1486.
Sunan Drajat yang
dikenal sebagai penyebar Islam yang mempunyai
jiwa sosial tinggi dan sangat begitu
memperhatikan nasib para
kaum miskin. Serta juga beliau
lebih mengutamakan kesejahteraan sosial pada masyarakat. Setelah memberikan perhatian penuh kepada masyarakat,
barulah Sunan Drajat memberikan pemahaman pemahaman mengenai agama Islam.
Ajaran Sunan Drajat kepada
Masyarakat
Ajaran yang
diberikan oleh Sunan Drajat lebih menekankan kepada empati dan juga etos kerja
berupa kedermawanan, usah kemakmuran, peristiwa, solidaritas sosial, dan juga
gotong royong. Sunan Drajat pula
banyak menggunakan ajaran ajaran dari nenek moyang atau para leluhur dan juga
tradisi lokal dalam menyiarkan agama Islam.
Dan menurut sejarah
Sunan Drajat yaitu adanya
artefak yang bertuliskan ajaran catur piwulang di Kompleks makam. Artefak
tersebut mengajarkan bagaimana cara hidup bersama yaitu sebagai makhluk sosial.
Yaitu saling menghargai dan juga membantu sesama
makhluk hidup. Selain itu juga
Sunan Drajat dan memiliki beberapa keahlian dalam bidang seni lainnya. Hal
dengan perang gamelan yaitu singo mengkok.
Ada sebuah cerita,
Setelah belajar di Ampel Denta Sunan Drajat mempunyai tugas dakwah pertama dari
Sunan Ampel untuk lebih memusatkan penyebaran Islam di daerah pesisir Gresik. Akan tetapi di tengah perjalanan dari Surabaya
menggunakan perahu, beliau terkena hantaman oleh ombak yang cukup besar
sehingga membuat perahu dari Sunan Drajat tenggelam.
Namun menurut sejarah Sunan Drajat tetap bertahan dengan berpegangan kepada dayung
perahu yang pada akhirnya diselamatkan oleh ikan cucut dan juga ikan Talang. Dengan dibantu
kedua ikan tersebut Sunan Drajat terselamatkan dan berhasil mendarat ke sebuah pesisir yang dikenal dengan nama
desa Jelak, Banjarwati. Beberapa sumber kerja terjadi di sekitar tahun 1485 M.
Di desa tersebut
Sunan Drajat mendapat sambutan yang sangat hangat. Mbah Mayang madu dan juga Mbah Banjar beliau telah masuk Islam dengan melalui pendakwah. Pendakwah teesebut berasal dari Surabaya. Kemudian Sunan Drajat pun menetap dan juga menikah
di desa tersebut.
Menurut sejarah
Sunan Drajat menikah dengan salah satu Putri dari Mbah Mayang madu. Sunan Drajat kemudian mendirikan Surau atau
masjid kecil yang akhirnya berkembang menjadi sebuah pesantren. Digunakan mengaji dari ratusan penduduk di sana, lalu Sunan Drajat pun berhasil untuk mengubah desa
tersebut. Yang tadinya hanyalah kampung yang teramat kecil
dan kini menjadi desa yang berkembang dan juga ramai.
Dan kini nama desa
tersebut berubah menjadi desa Banjaranyar. Setelah lebih dari setahun di desa tersebut, Sunan
mengambil keputusan untuk mencari tempat dakwah lainnya yang lebih strategis. Beliau kemudian pun berpindah sekitar 1 km ke arah
selatan wilayah merupakan lahan yang masih berupa hutan belantara.
Untuk menempati
lahan tersebut menurut sejarah Sunan Drajat dengan Sunan Bonang meminta izin kepada Sunan
Demak I, dan akhirnya mendapatkan ketetapan pemberian tanah tersebut pada tahun
1486 M. Hutan tersebut
berada di pegunungan yang dianggap sangat strategis karena jauh dari bencana
banjir tempat terjadinya musim hujan.
Bukan hanya itu,
dalam pemilihan gunung pun dipercaya dekat dengan Allah sebagaimana Nabi Musa
dan Nabi Muhammad yang mendapatkan wahyu pertama kalinya. dari beberapa kisah juga
selama pembukaan lahan banyak sekali makhluk halus yang merasa marah dan juga
warga serta menyebarkan penyakit-penyakit.
Namun, dalam sejarah Sunan Drajat hal itu dapat diatasinya. Selama
36 tahun, beliau menghabiskan sisa
hidupnya hanya untuk menyebarkan dan
juga mengajarkan ajaran Islam di. Pada tahun 1522 M beliau wafat. Makam
sunan Drajat tersebut terdapat di perbukitan drajat, Pacitan, Lamongan. Makam Sunan Drajat juga terletak di posisi yang tertinggi yang letaknya di
bagian belakang.
Bukan hanya itu saja, namun di
dekat makam terdapat juga museum dari peninggalan Sunan Drajat. Yang di antaranya yaitu kumpulan Tembang Pangkur,
gamelan, dan menyerah menyelamatkan nyawa Sunan Drajat. Kompleks dari pemakaman Sunan Drajat tersebut
terbagi menjadi 7 halaman yang secara keseluruhan terletak di perbukitan.
Berbagai
pembongkaran di kompleks makam Sunan
Drajat diberikan langsung dari pemerintah setempat untuk lebih mendukung pelestarian
warisan sejarah
Sunan Drajat tersebut. Disana terdapat juga pintu gapura raksasa yang berhiasa
cungkup. Dan juga pagar kayu
yang bermotif Sulur dan teratai yang membuat kesan lambang sebuah gunung. Bukan hanya itu saja terdapat juga pembangunan
pembangunan kembali Masjid Sunan Drajat.
Itulah sejarah
Sunan Drajat yang mungkin dapat menambah wawasan Anda. Terimakasih.
Posting Komentar untuk "Kisah Sejarah Sunan Drajat dalam Menghadapi Rintangan Ketika Menyebarkan Agama Islam"